Tanjung
Gelam
Setelah cukup lama
menyusuri jalanan karimunjawa-kemujan maka tibalah kami di sebuah tiang
penunjuk arah, yang pertama terpampang tulisan Tanjung Gelam ke arah kiri dan
yang kedua terpampang tulisan Kemujan / Bandara Dewa daru ke arah kanan. Begitu memasuki jalanan paving block ke arah
pantai Tanjung Gelam di sisi kiri, rasa hening seketika itu datang menyergap,
suasana sunyi nan senyap mengawali perjalanan kami pagi itu. Di sepanjang kiri
dan kanan jalan ku jumpai beberapa rumah warga setempat yang masih amat
jarang, semakin ke arah pantai di
sebelah selatan semakin sunyi, tak satupun kujumpai rumah-rumah warga,
tinggallah suasana yang benar-benar sunyi dan sepi, hanya terdengar suara
kicauan burung trucuk, prenjak dan sesekali terdengar pula suara burung buburak
yang dalam bahasa daerahnya di sebut burung sir mbombok. Di kanan dan kiri
jalan kita bisa menjumpai hutan dan semak belukar yang benar-benar masih alami.
Di semak-semak di sepanjang pinggir jalan itu pula kita melihat beberapa
tanaman endemik dan khas tanjung gelam yaitu jamblang putih, palem-paleman kuno
setinggi puluhan meter dan tentunya pohon dewadaru dan berbagai macam tanaman khas lainnya. Setelah menempuh jalanan berliku dan naik
turun tibalah kami di pantai tanjung gelam, sungguh tak seperti yang ku sangka.
Kata-kata pertama yang terucap di kalbuku adalah…it’s magic!...benar-benar
senyap tak seperti yang ku duga, pantai yang seindah itu benar-benar masih
perawan, perlu sentuhan tangan-tangan lembut dari para investor. Jika di pantai
kartini yang nyaris tidak mempunyai garis pantai berpasir putih banyak di
jumpai puluhan atau bahkan mungkin ratusan pedagang yang selalu stand bay
menjajakan barang dagangannya maka di pantai tanjung gelam akan berbalik
seratus delapan puluh derajat. Tak satupun pedagang yang mangkal di pantai nan
eksotis itu. Di pantai yang di hiasi bebatuan dan karang yang putih dan merah
menyala serta pasir pantai yang lembut selembut tepung itu hanya bisa di jumpai
biawak yang terkadang muncul dari semak-semak. Sesekali pula biawak mengintip
dari balik semak lalu kemudian menyembul ke permukaan dan ketika kami berusaha
mengabadikannya lewat kamera, biawak-biawak yang lucu itu seketika lari
terbirit-birit ke dalam semak-semak. Sungguh lucu dan menggelikan pagi itu,
kami kegirangan lalu tertawa riang, tertawa lepas sekeras-kerasnya,
sekencang-kencangnya. Kami bertiga waktu itu serasa terasing di sebuah pulau
antah berantah. Pulau yang hanya di huni binatang purba dan sebangsanya. Rasa
senang, kagum dan takut menjadi satu lalu pelan-pelan kegirangan karena seperti
menemukan sebuah pulau tanpa penghuni, ya…..kami seperti menemukan sebuah pulau
layaknya Columbus menemukan sebuah benua yaitu benua Amerika. Semua itu kami
ekspresikan kegembiraan kami, berpose layaknya model top dunia meski harus
dengan keteteran, maklum kami hanyalah model dadakan alias model kacangan dan
kemudian di abadikan dalam kamera handphone kami yang memang sudah terbilang
jadul. Ke arah bibir pantai yang lumayan luas ku saksikan air laut yang bening
sebening kaca atau bahkan seperti tanpa kaca. Di dasar laut terlihat jelas
bagaimana lalu lalang ikan-ikan kecil seakan seperti menari-nari menyambut
kedatangan kami atau bahkan mungkin ikan-ikan kecil itu cuek dan masa bodoh
sehingga tanpa malu-malu berlalu lalang di sekitar kami. Sungguh keharmonisan
alam yang tiada duanya. Suatu tempat yang pas bagiku untuk taqorrub dan
tafakkur kepada yang kuasa atas ciptaannya yang nyentrik, di sini penulis
bilang nyentrik karena tak seorangpun manusia yang sanggup mereklamasi pantai
yang seindah pantai Tanjung Gelam meski menghabiskan dana miliaran rupiah.
Sekadar catatan. Di Negara Abu Dhabi dan persekutuannya ketika mereklamasi
pantai yang menyerupai pulau-pulau dan benua di dunia mampu menghabiskan dana
hingga triliunan dolar dan tentunya tak akan seindah yang aslinya, sedangkan di
tanjung gelam , yang kuasa telah menyediakannya tanpa terlalu banyak
mengeluarkan rupiah dan kita tinggal mengexplor, merasakan, menghayati dan
senantiasa menjaganya. Apabila melihat lebih seksama keindahan panorama pantai
tanjung gelam dengan hiasan batu-batu besar nan tinggi, maka akan terbayang
sejak kapan batu-batu itu mendiaminya? Hanyalah yang kuasa yang mengetahui
semua itu secara terperinci. Jika dalam
film Laskar Pelangi dengan latar belakang pantai belitongnya yang di
hiasi bebatuan hitam dan besar nan tinggi menjulang, maka yang di temukan di
sini amat benar-benar amazing dan sungguh lebih indah dari pantai di belitong
itu. Batu-batuan di tanjung gelam yang juga dihiasi bebatuan besar dan tinggi
nan curam, amat mencolok dengan warna putih dan merah merona, perpaduan warna
putih hitam, coklat merah dan merah ungu
mampu menyihir mata kita yang seolah-berada dalam kisaran dunia mimpi, dunia
imajinasi. Sungguh suatu tempat yang amat cocok untuk berkarya dan mencari
sebuah inspirasi. Hanya saja sayangnya, karena masih terlalu perawannya pantai
tanjung gelam, sampai-sampai tak kujumpai satupun gazebo ataupun gubuk kecil
untuk sekadar tempat beristirahat sejenak menangkap sebuah inspirasi dan
melakukan meditasi….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
komentar anda sangat berarti bagiku.meski kau hina sekalipun