Entri Populer

Senin, 26 Desember 2011

Tanjung Gelam Magic and Amazing !!!!.....


Tanjung Gelam
Setelah cukup lama menyusuri jalanan karimunjawa-kemujan maka tibalah kami di sebuah tiang penunjuk arah, yang pertama terpampang tulisan Tanjung Gelam ke arah kiri dan yang kedua terpampang tulisan Kemujan / Bandara Dewa daru ke arah kanan.  Begitu memasuki jalanan paving block ke arah pantai Tanjung Gelam di sisi kiri, rasa hening seketika itu datang menyergap, suasana sunyi nan senyap mengawali perjalanan kami pagi itu. Di sepanjang kiri dan kanan jalan ku jumpai beberapa rumah warga setempat yang masih amat jarang,  semakin ke arah pantai di sebelah selatan semakin sunyi, tak satupun kujumpai rumah-rumah warga, tinggallah suasana yang benar-benar sunyi dan sepi, hanya terdengar suara kicauan burung trucuk, prenjak dan sesekali terdengar pula suara burung buburak yang dalam bahasa daerahnya di sebut burung sir mbombok. Di kanan dan kiri jalan kita bisa menjumpai hutan dan semak belukar yang benar-benar masih alami. Di semak-semak di sepanjang pinggir jalan itu pula kita melihat beberapa tanaman endemik dan khas tanjung gelam yaitu jamblang putih, palem-paleman kuno setinggi puluhan meter dan tentunya pohon dewadaru  dan berbagai macam tanaman khas lainnya.  Setelah menempuh jalanan berliku dan naik turun tibalah kami di pantai tanjung gelam, sungguh tak seperti yang ku sangka. Kata-kata pertama yang terucap di kalbuku adalah…it’s magic!...benar-benar senyap tak seperti yang ku duga, pantai yang seindah itu benar-benar masih perawan, perlu sentuhan tangan-tangan lembut dari para investor. Jika di pantai kartini yang nyaris tidak mempunyai garis pantai berpasir putih banyak di jumpai puluhan atau bahkan mungkin ratusan pedagang yang selalu stand bay menjajakan barang dagangannya maka di pantai tanjung gelam akan berbalik seratus delapan puluh derajat. Tak satupun pedagang yang mangkal di pantai nan eksotis itu. Di pantai yang di hiasi bebatuan dan karang yang putih dan merah menyala serta pasir pantai yang lembut selembut tepung itu hanya bisa di jumpai biawak yang terkadang muncul dari semak-semak. Sesekali pula biawak mengintip dari balik semak lalu kemudian menyembul ke permukaan dan ketika kami berusaha mengabadikannya lewat kamera, biawak-biawak yang lucu itu seketika lari terbirit-birit ke dalam semak-semak. Sungguh lucu dan menggelikan pagi itu, kami kegirangan lalu tertawa riang, tertawa lepas sekeras-kerasnya, sekencang-kencangnya. Kami bertiga waktu itu serasa terasing di sebuah pulau antah berantah. Pulau yang hanya di huni binatang purba dan sebangsanya. Rasa senang, kagum dan takut menjadi satu lalu pelan-pelan kegirangan karena seperti menemukan sebuah pulau tanpa penghuni, ya…..kami seperti menemukan sebuah pulau layaknya Columbus menemukan sebuah benua yaitu benua Amerika. Semua itu kami ekspresikan kegembiraan kami, berpose layaknya model top dunia meski harus dengan keteteran, maklum kami hanyalah model dadakan alias model kacangan dan kemudian di abadikan dalam kamera handphone kami yang memang sudah terbilang jadul. Ke arah bibir pantai yang lumayan luas ku saksikan air laut yang bening sebening kaca atau bahkan seperti tanpa kaca. Di dasar laut terlihat jelas bagaimana lalu lalang ikan-ikan kecil seakan seperti menari-nari menyambut kedatangan kami atau bahkan mungkin ikan-ikan kecil itu cuek dan masa bodoh sehingga tanpa malu-malu berlalu lalang di sekitar kami. Sungguh keharmonisan alam yang tiada duanya. Suatu tempat yang pas bagiku untuk taqorrub dan tafakkur kepada yang kuasa atas ciptaannya yang nyentrik, di sini penulis bilang nyentrik karena tak seorangpun manusia yang sanggup mereklamasi pantai yang seindah pantai Tanjung Gelam meski menghabiskan dana miliaran rupiah. Sekadar catatan. Di Negara Abu Dhabi dan persekutuannya ketika mereklamasi pantai yang menyerupai pulau-pulau dan benua di dunia mampu menghabiskan dana hingga triliunan dolar dan tentunya tak akan seindah yang aslinya, sedangkan di tanjung gelam , yang kuasa telah menyediakannya tanpa terlalu banyak mengeluarkan rupiah dan kita tinggal mengexplor, merasakan, menghayati dan senantiasa menjaganya. Apabila melihat lebih seksama keindahan panorama pantai tanjung gelam dengan hiasan batu-batu besar nan tinggi, maka akan terbayang sejak kapan batu-batu itu mendiaminya? Hanyalah yang kuasa yang mengetahui semua itu secara terperinci. Jika dalam  film Laskar Pelangi dengan latar belakang pantai belitongnya yang di hiasi bebatuan hitam dan besar nan tinggi menjulang, maka yang di temukan di sini amat benar-benar amazing dan sungguh lebih indah dari pantai di belitong itu. Batu-batuan di tanjung gelam yang juga dihiasi bebatuan besar dan tinggi nan curam, amat mencolok dengan warna putih dan merah merona, perpaduan warna putih hitam, coklat  merah dan merah ungu mampu menyihir mata kita yang seolah-berada dalam kisaran dunia mimpi, dunia imajinasi. Sungguh suatu tempat yang amat cocok untuk berkarya dan mencari sebuah inspirasi. Hanya saja sayangnya, karena masih terlalu perawannya pantai tanjung gelam, sampai-sampai tak kujumpai satupun gazebo ataupun gubuk kecil untuk sekadar tempat beristirahat sejenak menangkap sebuah inspirasi dan melakukan meditasi….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

komentar anda sangat berarti bagiku.meski kau hina sekalipun