Entri Populer

Senin, 26 Desember 2011

RAHASIA BESAR DIBALIK IBADAH SHALAT


RAHASIA BESAR DIBALIK IBADAH SHALAT


Bacalah apa yang Telah diwahyukan kepadamu, yaitu al-Kitab (Alquran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Ankabut [29]: 45)
Ayat di atas begitu eksplisit menjelaskan adanya keterkaitan antara shalat dan perilaku yang ditunjukkan oleh seorang muslim. Pengaruh shalat memang tidak dapat dijadikan tolak ukur untuk menggeneralisasi dan menghukumi kepribadian semua orang. Tetapi, paling tidak dalam ayat ini Allah menjelaskan sikap seorang manusia dari sudut pandang karakter dan watak/ tabiat yang dibawanya. Shalat itu membersihkan jiwa, menyucikannya, mengkondisikan seorang hamba untuk munajat kepada Allah Swt di dunia dan taqarrub dengan-Nya di akhirat. (Jabir Al-Jazairi, 2004: 298). Shalat sebagai salah satu bagian penting ibadah dalam Islam sebagaimana bangunan ibadah yang lain juga memiliki banyak keistimewaan. Ia tidak hanya memiliki hikmah spesifik dalam setiap gerakan dan rukunnya, namun secara umum shalat juga memiliki pengaruh drastis terhadap perkembangan kepribadian seorang muslim. Tentu saja hal itu tidak serta merta dan langsung kita dapatkan dengan instan dalam pelaksanaan shalat. Manfaatnya tanpa terasa dan secara gradual akan masuk dalam diri muslim yang taat melaksanakannya. Shalat merupakan media komunikasi antara sang Khlalik dan seorang hamba. Media komunikasi ini sekaligus sebagai media untuk senantiasa mengungkapkan rasa syukur atas segala nikmat. Selain itu, shalat bisa menjadi media untuk mengungkapkan apapun yang dirasakan seorang hamba. Dalam psikologi dikenal istilah katarsis, secara sederhana berarti mencurahkan segala apa yang terpendam dalam diri, positif maupun negatif. Maka, shalat bisa menjadi media katarsis yang akan membuat seseorang menjadi tentram hatinya. á¿Keterkaitan Shalat dan Akhlak Shalat sebagai tiang agama, penyangga bangunan megah lagi perkasa. Ia sebagai cahaya terang keyakinan, obat pelipur ragam penyakit di dalam dada dan pengendali segala problem yang membelenggu langkah-langkah kehidupan manusia. Oleh karenanya, shalat dapat mencegah perilaku keji dan munkar, menjauhkan hawa nafsu yang condong pada kejelekan untuk mencampakkannya sejauh mungkin (Asykuri, tt:137) Ibadah Shalat yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam adalah bangunan megah indah yang memiliki sejuta ruang yang menampung semua inspirasi dan aspirasi serta ekspresi positif seseorang untuk berperilaku baik, karena perbuatan dan perkataan yang terkandung dalam shalat banyak mengandung hikmah, yang diantaranya menuntut kepada mushalli untuk meninggalkan perbuatan keji dan mungkar. Sayangnya shalat sering dipandang hanya dalam bentuk formal ritual, mulai dari takbir, rukuÖ, sujud, dan salam. Sebuah kombinasi gerakan fisik yang terkait dengan tatanan fikih, tanpa ada kemuan yang mendalam atau keinginan untuk memahami hakikat yang terkandung di dalam simbol-simbol shalat. Berikut ini adalah nilai-nilai akhlak yang terkandung dalam proses menjalankan ibadah shalat. Pertama, latihan kedisiplinan. Waktu pelaksanaan shalat sudah ditentukan sehingga kita tidak boleh seenaknya mengganti, memajukan ataupun mengundurkan waktu pelaksanaannya, yang akan mengakibatkan batalnya shalat kita. Hal ini melatih kita untuk berdisiplin dan sekaligus menghargai waktu. Dengan senantiasa menjaga keteraturan ibadah dengan sunguh-sungguh, manusia akan terlatih untuk berdisiplin terhadap waktu (Toto Tasmara, 2001: 81). Dari segi banyaknya aturan dalam shalat seperti syarat sahnya, tata cara pelaksanaannya maupun hal-hal yang dilarang ketika shalat, batasan-batasan ini juga melatih kedisiplinan manusia untuk taat pada peraturan, tidak £semau gue¥ ataupun menuruti keinginan pribadi semata. Kedua, latihan kebersihan, sebelum shalat, seseorang disyaratkan untuk mensucikan dirinya terlebih dahulu, yaitu dengan berwudlu atau bertayammum. Hal ini mengandung pengertian bahwa shalat hanya boleh dikerjakan oleh orang yang suci dari segala bentuk najis dan kotoran sehingga kita diharapkan selalu berlaku bersih dan suci. Di sini, kebersihan yang dituntut bukanlah secara fisik semata, akan tetapi meliputi aspek non-fisik sehingga diharapkan orang yang terbiasa melakukan shalat akan bersih secara lahir maupun batin. Ketiga, latihan konsentrasi. Shalat melibatkan aktivitas lisan, badan, dan pikiran secara bersamaan dalam rangka menghadap ilahi. Ketika lisan mengucapkan Allahu Akbar, secara serentak tangan diangkat ke atas sebagai lambang memuliakan dan membesarkan, dan bersamaan dengan itu pula di dalam pikiran diniatkan akan shalat. Pada saat itu, semua hubungan diputuskan dengan dunia luar sendiri. Semua hal dipandang tidak ada kecuali hanya dirinya dan Allah, yang sedang disembah. Pemusatan seperti ini, yang dikerjakan secara rutin sehari lima sekali, melatih kemampuan konsentrasi pada manusia. Konsentrasi, dalam bahasa Arab disebut dengan khusyuÖ, dituntut untuk dapat dilakukan oleh pelaku shalat. Kekhusyukan ini sering disamakan dengan proses meditasi. Meditasi yang sering dilakukan oleh manusia dipercaya dapat meningkatkan kemampuan konsentrasi dan mengurangi kecemasan. Keempat, latihan sugesti kebaikan. Bacaan-bacaan di dalam shalat adalah kata-kata baik yang banyak mengandung pujian sekaligus doa kepada Allah. Memuji Allah artinya mengakui kelemahan kita sebagai manusia, sehingga melatih kita untuk senantiasa menjadi orang yang rendah hati, dan tidak sombong. Berdoa, selain bermakna nilai kerendahan hati, sekaligus juga dapat menumbuhkan sikap optimis dalam kehidupan. Ditinjau dari teori hypnosis yang menjadi landasan dari salah satu teknik terapi kejiwaan, pengucapan kata-kata (bacaan shalat) merupakan suatu proses auto sugesti, yang membuat si pelaku selalu berusaha mewujudkan apa yang telah diucapkannya tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Kelima, latihan kebersamaan. Dalam mengerjakan shalat sangat disarankan untuk melakukannya secara berjamaah (bersama orang lain). Dari sisi pahala, berdasarkan hadits nabi SAW jauh lebih besar bila dibandingkan dengan shalat sendiri-sendiri. Dari sisi psikologis, shalat berjamaah bisa memberikan aspek terapi yang sangat hebat manfaatnya, baik bersifat preventif maupun kuratif. Dengan shalat berjamaah, seseorang dapat menghindarkan diri dari gangguan kejiwaan seperti gejala keterasingan diri. Dengan shalat berjamaah, seseorang merasa adanya kebersamaan dalam hal nasib, kedudukan, rasa derita dan senang. Tidak ada lagi perbedaan antar individu berdasarkan pangkat, kedudukan, jabatan, dan lain-lain di dalam pelaksanaan shalat berjamaah.¿Gambaran Kehidupan Dalam gerakan shalat, kita bisa menemukan isyarat dari simbol-simbol yang terkandung dalam shalat, yaitu filsafat gerak. Seorang pribadi muslim harus bergerak, harus dinamis, karena tidak selamanya hidup ini akan qiyam (berdiri diam), perlambang kejayaan (dewasa). Suatu saat kita kita harus rukuÖ (umur setengah baya), kemudian bersujud (umur pun mulai uzur). Sebaliknya, ada shalat tanpa gerak, dia berdiri kemudian salam. Itulah shalat mayit. Ini seakan memberikan isyarat bahwa pribadi yang statis, tidak ada kreativitas gerak, sesungguhnya sedang berada dalam kematian. (al-MuthawiÖ, 2001: 87). £Static condition means death,¥ kata Muhammad Iqbal.    ¿Membudayakan Shalat Aktual Sesungguhnya, shalat yang kita dirikan itu pada hakikatnya merupakan samudera mutiara yang mencerdaskan ruhani. Shalat menunjukkan sikap batiniyah untuk mendapatkan kekuatan, kepercayaan diri, serta keberanian untuk tegak berdiri menapaki kehidupan dunia nyata melalui perilaku yang jelas, terarah, dan memberikan pengaruh pada lingkungan. Bagi orang yang memahami makna sholat, sesungguhnya dia akan mengejar waktu amanat tersebut, karena dengan shalat, dia mempunyai kekuatan untuk hidup melaksanakan amanat Allah. Sholat bukan hanya sekedar ritual formal, melainkan ada muatan aktual, yaitu bukti nyata yang dirasakan. Alangkah naifnya seseorang yang shalat, tetapi bibirnya penuh ucapan kebohongan. Alangkah tak berharganya makna shalat apabila tidak memberikan imbas untuk menjadi manusia yang bermanfaat dan menjauhi yang mungkar. Bila kita memberikan santunan kepada orang miskin, memperhatikan masa depan anak yatim dan derajat kaum lemah, sesungguhnya kita telah melengkapi sholat kita dari bentuk yang formal menjadi aktual, dari sikap perihatin menjadi perilaku. Inilah yang dimaksudkan dengan sholat kaffah, . Muatan moral yang dipresentasikan oleh shalat membekas di kalbu dan membentuk kecerdasan rohani yang sangat tajam yang kemudian melahirkan amal saleh, mencegah dirinya dari perbuatan keji dan mungkar. AllahuÖalam¿Fathurrahman Al Katitanji¿Mahasiswa FIAI, dan Mahasantri PPUII.
Mtk..

Berapa lamakah kita shalat dalam sehari semalam? Jika setiap rakaat kita perkirakan dua menit, maka dalam sehari-semalam jumlahnya ada 34 menit. Artinya, dalam sehari hanya kita isi sebanyak 2,4 persen dari 1440 menit. Dalam satu minggu, berarti ada 238 menit atau 3,96 jam. Dalam satu bulan, lama shalat kita sebanyak 952 menit atau 15,86 jam. Dan setahun, ada 11.424 menit atau 190,4 jam, yang berarti setara dengan 7,93 hari.¿Jika rata-rata usia hidup manusia selama 60 tahun, dan dikurangi dengan 10 tahun masa awal akil baligh (dewasa), maka hanya 50 tahun seseorang melaksanakan shalat dalam hidupnya. Itu berarti, sepanjang hidupnya ia melaksanakan shalat fardlu selama 571.200 menit atau sekitar 9.520 jam, atau 396,7 hari (1,1 tahun).¿Bisa dibayangkan, selama hidup, kita hanya butuh waktu untuk shalat fardhu selama 1,1 tahun, atau dalam satu tahun hanya 7,93 hari, atau dalam satu hari hanya 34 menit. Dari sini terlihat betapa jauhnya perbandingan ketaatan kita kepada Allah SWT dengan nikmat yang diberikan-Nya kepada kita dengan nikmat usia.¿Maka, sangat disayangkan apabila ada orang yang tidak melaksanakan shalat karena alasan tidak ada waktu atau sibuk. Padahal, jika kita jujur terhadap diri sendiri, kita mampu berlama-lama bertelepon, nongkrong di depan komputer, jalan-jalan, nonton TV, dan lain sebagainya.¿Ingatlah, Abu Zubair menceritakan bahwa dia mendengar Jabir bin Abdullah berkata, ''Aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda, 'Antara seseorang dengan kemusyrikan dan kekafiran itu terdapat perbuatan meninggalkan shalat'." (HR Muslim).¿Oleh karena itu, jangan pernah merasa puas dan berbangga diri dengan ibadah yang telah kita laksanakan. Sebab, bisa jadi ibadah kita, terutama shalat, tidak akan berarti apa-apa bila hal itu kita kerjakan dengan tidak ikhlas. Apalagi berharap surga. Allah menyindir orang yang demikian dengan pendusta agama. (QS Al-Maun [107]: 1-7).¿Jadi, jangan hanya mengandalkan masuk surga dengan selembar tiket shalat fardhu. Silakan menjaring rahmat Allah dengan banyak beramal saleh. Berinfak, zakat, puasa, haji, akur dengan tetangga, menyambung silaturahim, mengurus keluarga, belajar, menyantuni anak yatim, tidak membuang sampah sembarangan, bahkan hanya tersenyum kepada teman pun termasuk amal shaleh. Wallahu a'lam.

Tanjung Gelam Magic and Amazing !!!!.....


Tanjung Gelam
Setelah cukup lama menyusuri jalanan karimunjawa-kemujan maka tibalah kami di sebuah tiang penunjuk arah, yang pertama terpampang tulisan Tanjung Gelam ke arah kiri dan yang kedua terpampang tulisan Kemujan / Bandara Dewa daru ke arah kanan.  Begitu memasuki jalanan paving block ke arah pantai Tanjung Gelam di sisi kiri, rasa hening seketika itu datang menyergap, suasana sunyi nan senyap mengawali perjalanan kami pagi itu. Di sepanjang kiri dan kanan jalan ku jumpai beberapa rumah warga setempat yang masih amat jarang,  semakin ke arah pantai di sebelah selatan semakin sunyi, tak satupun kujumpai rumah-rumah warga, tinggallah suasana yang benar-benar sunyi dan sepi, hanya terdengar suara kicauan burung trucuk, prenjak dan sesekali terdengar pula suara burung buburak yang dalam bahasa daerahnya di sebut burung sir mbombok. Di kanan dan kiri jalan kita bisa menjumpai hutan dan semak belukar yang benar-benar masih alami. Di semak-semak di sepanjang pinggir jalan itu pula kita melihat beberapa tanaman endemik dan khas tanjung gelam yaitu jamblang putih, palem-paleman kuno setinggi puluhan meter dan tentunya pohon dewadaru  dan berbagai macam tanaman khas lainnya.  Setelah menempuh jalanan berliku dan naik turun tibalah kami di pantai tanjung gelam, sungguh tak seperti yang ku sangka. Kata-kata pertama yang terucap di kalbuku adalah…it’s magic!...benar-benar senyap tak seperti yang ku duga, pantai yang seindah itu benar-benar masih perawan, perlu sentuhan tangan-tangan lembut dari para investor. Jika di pantai kartini yang nyaris tidak mempunyai garis pantai berpasir putih banyak di jumpai puluhan atau bahkan mungkin ratusan pedagang yang selalu stand bay menjajakan barang dagangannya maka di pantai tanjung gelam akan berbalik seratus delapan puluh derajat. Tak satupun pedagang yang mangkal di pantai nan eksotis itu. Di pantai yang di hiasi bebatuan dan karang yang putih dan merah menyala serta pasir pantai yang lembut selembut tepung itu hanya bisa di jumpai biawak yang terkadang muncul dari semak-semak. Sesekali pula biawak mengintip dari balik semak lalu kemudian menyembul ke permukaan dan ketika kami berusaha mengabadikannya lewat kamera, biawak-biawak yang lucu itu seketika lari terbirit-birit ke dalam semak-semak. Sungguh lucu dan menggelikan pagi itu, kami kegirangan lalu tertawa riang, tertawa lepas sekeras-kerasnya, sekencang-kencangnya. Kami bertiga waktu itu serasa terasing di sebuah pulau antah berantah. Pulau yang hanya di huni binatang purba dan sebangsanya. Rasa senang, kagum dan takut menjadi satu lalu pelan-pelan kegirangan karena seperti menemukan sebuah pulau tanpa penghuni, ya…..kami seperti menemukan sebuah pulau layaknya Columbus menemukan sebuah benua yaitu benua Amerika. Semua itu kami ekspresikan kegembiraan kami, berpose layaknya model top dunia meski harus dengan keteteran, maklum kami hanyalah model dadakan alias model kacangan dan kemudian di abadikan dalam kamera handphone kami yang memang sudah terbilang jadul. Ke arah bibir pantai yang lumayan luas ku saksikan air laut yang bening sebening kaca atau bahkan seperti tanpa kaca. Di dasar laut terlihat jelas bagaimana lalu lalang ikan-ikan kecil seakan seperti menari-nari menyambut kedatangan kami atau bahkan mungkin ikan-ikan kecil itu cuek dan masa bodoh sehingga tanpa malu-malu berlalu lalang di sekitar kami. Sungguh keharmonisan alam yang tiada duanya. Suatu tempat yang pas bagiku untuk taqorrub dan tafakkur kepada yang kuasa atas ciptaannya yang nyentrik, di sini penulis bilang nyentrik karena tak seorangpun manusia yang sanggup mereklamasi pantai yang seindah pantai Tanjung Gelam meski menghabiskan dana miliaran rupiah. Sekadar catatan. Di Negara Abu Dhabi dan persekutuannya ketika mereklamasi pantai yang menyerupai pulau-pulau dan benua di dunia mampu menghabiskan dana hingga triliunan dolar dan tentunya tak akan seindah yang aslinya, sedangkan di tanjung gelam , yang kuasa telah menyediakannya tanpa terlalu banyak mengeluarkan rupiah dan kita tinggal mengexplor, merasakan, menghayati dan senantiasa menjaganya. Apabila melihat lebih seksama keindahan panorama pantai tanjung gelam dengan hiasan batu-batu besar nan tinggi, maka akan terbayang sejak kapan batu-batu itu mendiaminya? Hanyalah yang kuasa yang mengetahui semua itu secara terperinci. Jika dalam  film Laskar Pelangi dengan latar belakang pantai belitongnya yang di hiasi bebatuan hitam dan besar nan tinggi menjulang, maka yang di temukan di sini amat benar-benar amazing dan sungguh lebih indah dari pantai di belitong itu. Batu-batuan di tanjung gelam yang juga dihiasi bebatuan besar dan tinggi nan curam, amat mencolok dengan warna putih dan merah merona, perpaduan warna putih hitam, coklat  merah dan merah ungu mampu menyihir mata kita yang seolah-berada dalam kisaran dunia mimpi, dunia imajinasi. Sungguh suatu tempat yang amat cocok untuk berkarya dan mencari sebuah inspirasi. Hanya saja sayangnya, karena masih terlalu perawannya pantai tanjung gelam, sampai-sampai tak kujumpai satupun gazebo ataupun gubuk kecil untuk sekadar tempat beristirahat sejenak menangkap sebuah inspirasi dan melakukan meditasi….


Terdampar di Karimunjawa

Setelah cukup lelah menyusuri jalan dari arah tanjung gelam dan hari mulai senja kamipun istirahat. Pagi harinya, senin pagi aku mohon diri pamit pulang pada temanku di alang-alang. Alang-alang sebuah dusun yang lumayan jauh dari pusat pemerintahan di karimunjawa. Aku dihantarkan hingga ke pelabuhan, lalu dia pulang kembali ke alang-alang. Waktu itu aku tidak tahu pasti jadwal keberangkatan kapal feri yang akan menyeberang ke jepara. Begitu tahu jadwal keberangkatan dari petugas di dermaga aku kaget, ternyata kapal feri merapat hari selasa besok. Tanpa ambil pusing aku mencoba menyusuri jalanan dan pinggiran pantai di seputaran desa karimunjawa, begitu sampai di sebuah dermaga yang tak jauh dari pusat kecamatan ada seorang yang hendak mengendarai jetski (atau apalah namanya karena aku sendiri juga tak tahu) tanpa pikir panjang aku mohon agar diijinkan ikut menaikinya…bersambung… 

Minggu, 25 Desember 2011


saat aku di tanjung gelam kurasakan seperti di bumi laskar pelangi....ku saksikan bebatuan indah menjadi saksi hidup yang tak akan pernah kulupakan...
its magic. Sungguh tak pernah kusangka aku bisa mendarat di pulau Karimun meski nginap di rumah temanku di alang-alang.......

Saat aku terdampar di ujung gelam, rasa hening sunyi yang kudapatkan. Sungguh pas untuk mencari sebuah inspirasi.tetapi sayangnya aku kalah dan pasrah oleh keadaan yang menelikungku.Orang-orang disana masih meragukan kemampuanku untuk menyelam...hingga kemudian kang Ali, kang Cipto, kang Tomo, dan mas Febri menolongku untuk sekedar mengelilingi sebagian pulau di Karimunjawa.Untuk kang Ali dan kawan-kawan....ku hanya bisa mengucapkan terima kasih atas gratisannya yang sebesar-besarnya.

Untuk pak Ipong selaku pemilik Duta Karimun...

Matur suwuuun.....n thank you for all.....

sekali lagi .......

Matur suwun atas gratisaneee....