Entri Populer

Minggu, 23 Mei 2010

Aktivis Renta bagian C.

Usai melaksanakan shalat subuh,mbok Nah segera beranjak ke dapur, mengambil air dari sumur di belakang rumah.Sambil menunggu nasi matang,mbok Nah membersihkan kamar tidur.Setelah sebelumnya meracik bumbu-bumbu masakan. Setelah semua selesai,mbok Nah kaget melihat senapan angin tergeletak di pembaringan di samping Qohar.Rupanya, tanpa sepengetahuan mbok Nah,Qohar mengambil senapan angin dari balik lemari mbok Nah.Teringat di benak mbok Nah kejadian puluhan tahun silam.Meski semuanya telah menjadi bagian dari masa lalunya.Tapi di usianya yang menginjak kepala tujuh masih teringat segar kenangan pahit masa-masa itu..Sewaktu dirinya masih hidup dalam keprihatinan.Disaat- saat bangsa Indonesia masih terjajah oleh bangsa Jepang waktu itu.

Tepatnya pada tahun 1942.mbok Nah dan suaminya pak karta mengarungi hidup dengan beragam kegetiran.Bahkan saking sulitnya hidup di masa itu, umbi-umbian pun menjadi sesuatu hal yang biasa di makan sehari-hari.Tak tanggung-tanggung umbi-umbian yang di makan adalah umbi-umbian mentah.Untuk mendapatkan umbi-umbian tersebut diperlukan gemerincing ringgit,sen atau harus di tukar dengan perasan keringat.Singkong rebus semasa itu sangatlah istimewa,tak banyak dari warga kampung yang mengkonsumsinya terbatas di sebagian kalangan.Jika ingin makan singkong rebus, tak cukup hanya dengan uang maupun tenaga,tapi harus melewati serangkaian jalanan yang berliku menuju lereng-lereng gunung.Jauhnya bisa mencapai empat sampai enam kilo meter.

Disaat serba sulit itulah mbok Nah menemukan Oshi koizumi, Oshi terjebak di atas ranjau jebakan yang sedianya untuk menjebak babi-babi hutan yang merusak tanaman.semasa itu pendudukan jepang di awal-awal kedatangannya ke Indonesia tak menunjukkan ciri-ciri akan menjajah.kedatangannya kali pertama menunjukkan misi persaudaraan.Baru setahun belakangan,kerakusan dan keserakahannya semakin nyata terlihat di permukaan.

Dengan sigap dan tanpa memperdulikan siapa,dan asal usulnya. Mbok Nah datang sebagai malaikat penyelamat, Di dalam sebuah gua yang tak begitu dalam,seoarang yang di ketahui sebagai tentara jepang itupun di rawat mbok Nah dengan ala kadarnya.Untuk menyembuhkan luka-luka yang menghiasi dadanya oleh tusukan-tusukan kawat.Di perlukan waktu hingga berbulan-bulan.Hingga akhirnya benar-benar sembuh.

Sejak saat itu mbok Nah menjadi wanita simpanan serdadu Jepang.Atas jasa- jasa mbok Nah Oshi selalu menyempatkan untuk menemui mbok Nah di kebun kopi di samping rumah.Dengan sesekali membawa oleh-oleh makanan yang lezat pada mbok Nah.Oleh-oleh itu bukan hanya berupa makanan bahkan Oshi sebelum pulang kenegaranya sempat memberi kenang- kenangan helm, senapan angin,dan celana kolor.Melihat kenyataan pahit tersebut kang karta,begitu mbok Nah biasa memanggilnya, menyadari kekurangannya dan merekapun agaknya telah saling memahami keadaan

. Kang Karta dan mbok Nah meyadari betul betapa susahnya untuk bertahan hidup di masa itu.Menanam singkong,baru umur sebulan sudah di rusak babi-babi hutan.predator utama semasa itu bukan hanya binatang tapi juga sesama manusia.Padi belum menguning sempurna,telah di sikat habis.Di babat orang-orang yang serakah.pada waktu itu orang-orang yang menanam padi harus rela tinggal di gubuk-gubuk persawahan. Menunggui padi siang malam, bahkan kalau perlu nyawa sebagai taruhannya. Kalaupun padi itu berhasil di panen, buka berarti nasib mujur berpihak padanya. Separuh dari hasil panen padi harus disetorkan kepada pemerintah boneka, kaki tangan para penjajah. Di masa itu sawah dan lahan tak terhitung luasnya, yang sengaja tak tergarap sama sekali. Orang-orang pribumi pada waktu itu lebih memilih membiarkan sawah dan ladangnya mengalir daripada harus menanaminya, lalu hasilnya diserahkan kepada para penjajah.

Setiap kali serdadu Jepang itu datang memberi makanan.mbok Nah selalu tidak langsung memakannya.Sebagai sebuah bentuk penghormatan pada suaminya.Sering kali mbok Nah beralasan sudah kenyang lalu kemudian di bawanya pulang makanan itu. Begitu seterusnya.Persisnya peristiwa itu berjalan sampai dua tahun.Tepatnya setelah pecah perang dunia ke dua berakhir dan jepang mengalami kekalahan telak.Dengan di hancur luluhkannya kota Hiroshima dan Nagasaki oleh Amerika oktober 1945.Sebelumnya tentara jepang membombardir Pearl Harbour.sebuah pelabuhan militer angkatan laut.Di kepulauan Hawaii Amerika Serikat.

Pengeboman ini dilakukan pada tanggal 7 Desember 1941. Kala itu Angkatan Laut Jepang menyerang markas AL Amerika Serikat secara tiba-tiba di Hawai'i. Hasil serangan ini ialah rusaknya atau tenggelamnya 20 kapal tempur Amerika, 188 pesawat terbang rusak dan 2.403 korban jiwa. Di pihak Jepang, Jepang 'hanya' kehilangan 55 pesawat tempur dari 441 pesawat tempur.

Mulanya Setiap mbok Nah pulang membawa makanan.kang Karta selalu menanyakan dari mana makanan itu di dapat.Namun mbok Nah selalu merahasiakannya.Hingga akhirnya seiring berjalannya waktu.Kang Karta mengetahui dari mana makanan itu berasal.Kang Karta berusaha memahami keadaan dan berusaha meng ikhlaskannya.Tak kuasa terus-terusan harus bergelut dengan serba kekurangan.

Waktu itu mbok Nah telah memiliki tiga orang anak yang masih balita.di sinyalir kehamilan yang terakhir adalah dari hubungan gelap dengan tentara Jepang.

Melihat tingkah laku, gelagat dan keseharian Qohar yang unik,terkesan pandai dan cerdik. Mbok Nah paling hanya bisa bertanya-tanya dalam hati.mungkinkah ini sebuah karma??...

Apabila mengingat masa lalunya.Mbok Nah begitu bangga,tak terbersit sedikitpun rasa bersalah apalagi menyesali perbuatanya.Karena mbok Nah yakin semua ini adalah sandiwara.Ada dalang di balik semua ini. Baginya, tak ada yang perlu disesali sepanjang tidak melanggar aturan dan merugikan orang lain.Meski perbuatannya dia sadari telah menyimpang dari koridor Agama. Tapi demi kelangsungan hidup suatu laranganpun bisa saja dilanggar dan itu adalah suatu prinsip hidupnya.Prinsip-prinsip hidup yang ganjil itu adalah bagian dari wejangan suaminya,yang senantiasa berusaha memastikan secara pelan dan pasti.Mampu merubah kepribadian.mbok nah yang semula penakut dan pemalu, sedikit banyak telah berubah menjadi perempuan yang pemberani,rela mengorbankan nyawa.Demi keberlangsungan hidup Ummat Manusia.

Saat melihat celana dan helm di lemari pemberian dari Oshi,seorang tentara jepang. Terkadang mbok Nah tertawa- tawa sendiri seraya meneskan air mata.Bila teringat masa lalunya. Karena tingkah lakunya itu Qohar cucunya tumbuh dan berkembang menjadi seorang yang humoris dan cerdik.

Usai memasak dan mencuci piring kotor di dapur, mbok Nah segera membangunkan Qohar, mbok Nah membangunkan sambil mengelitiki kaki kirinya, seperti yang dilakukan sehari- harinya. Dengan cekatan Qohar pergi ke padasan dan cuci muka lalu kembali ke kamar tidur kemudian mengambil senapan angin yang telah menjadi mainan baru baginya.

“ Kok nggak shalat ”

Kan udah kesiangan maknyak!”

“Ya sudah sana sarapan!” .

“ Lauknya apa mbah ? ”

“Pecel terong ama tempe” .

“Kok tiap hari makan tempe terus mbah ?”

“Maunya sama ayam ?”

“Ya iyalah nek sekali- kali” .

“Ya sudah makan sana sama ayam di kebun!.”.

“Sudah berapa kali maknyak bilang, kita harus hidup sederhana bahkan kalau perlu jangan sekali- kali makan lauk daging ayam,kambing,dan binatang darat lainnya.. Terkecuali ikan hasil tangkapan dari laut. Kita sebagai manusia harus ada bedanya dengan binatang agar menjadi mahluk yang dicintai Allah “ begitu pesan mbok nah pada Qohar berkali- kali.

Sebuah prinsip”tidak makan daging daratan”di pegang teguh oleh mbok Nah atas nasehat kyai Idris.seorang kyai kampung di desa tetangga.tempat mbok Nah selama ini dalam berkeluh kesah tentang liku-liku dan permasalahan hidupnya.

Seperti biasanya Qohar melahap sepiring nasi beserta pecel terong dan tempe goreng hingga tiada tersisa.Takut di marahi mbok Nah apabila tak di habiskan.Selesai makan mbok Nah lalu menanyainya.

“Qohar? sejak kapan kau bermain-main senapan di kamar !.tau dari mana senapan itu ku simpan ?.”

“Maknyak sudah pikun?.”

“Pikun bagaimana lha wong di tanya kok malah nanya!.”

“Tuh kan ? nenek pikun lagi.”

“Dassar cucu ndableg.”

“Maknyak sudah lupa ?Maknyak kan sering cerita,kalau Maknyak itu pejuang.Pembela Tanah Air.Mencarikan makan umbi-umbian untuk para tentara,terus bergerilya dan jadi kurir senjata.Bukan begitu Maknyak ?ceritanya?.”

“Lalu apa hubungannya ?”

“Nggak ada sih!.tapi saya kan penasaran Maknyak?.masa setiap hari hanya di suguhi cerita.”

“Apa saya salah Maknyak ?.”

“Siapa yang menyalahkan ?.tapi lain kali tanya dulu sama Maknyak biar nanti Maknyak ajarin.”

“Bener Maknyak ?.”

“Apa untungnya Maknyak bohong sama kamu.”

Seperti biasanya,usai sarapan pagi mbok Nah pergi ke ladang.Tapi tidak di pagi itu.Kepalanya merasakan pusing dan agak pening.Dengan bergelayut rasa bimbang Ia langkahkan kakinya menuju kebun pisang,yang tak jauh dari rumahnya.Dengan membawa parang dan cangkul.Ia berfikir,dengan pergi ke kebun rasa nyeri yang di deritanya berangsur-angsur sembuh.Karena tempatnya teduh dan tak terlalu panas.Apalagi matahari,sang bola api raksasa telah merangkak mendaki hingga sepenggalah ketinggiannya.

Di kebun telah ada shobari sedang memanen pisang.Tak seperti biasanya,hari itu shobari tak bertegur sapa dengan mbok Nah.Dari raut mukanya,terlihat ada sesuatu yang ingin di lontarkannya.Namun ia hanya gerundel seperti orang yang sedan menahan amarah.Sebagai orang tua mbok Nah berusaha mengalah dengan mengawali sebuah pembicaraan.

“Pisangnya sudah tua Sob?.”

“Mau tua mau muda bukan urusanmu mbok!memang apa hak simbok melarang-larang.”

“Aku tidak melarang, kalau perlu ambil semua pisang yang ada.”

Sambil menahan kepedihan hati,mbok Nah pergi meninggalkan kebunnya yang masih sah sebagai miliknya.

Seumur hidup mbok Nah dalam kamus hidupnya, pantang menyerah,mengalah dan menangis.Di hadapan siapapun.Tak terkecuali pada preman kampung sekalipun.Tapi hari itu tidak.Mbok Nah yang setegar karang,seganas lautan,akhirnya hanya bisa menjerit sakit di dalam batin.Lalu kemudian ditumpahkan di dalam rumah.Menangis tersedu hingga beberapa waktu lamanya.Qohar yang tak tau duduk perkaranyapun hanya ikut-ikutan menangis hingga menitikkan air matanya.

Sejatinya mbok Nah adalah perempuan biasa yang lembut,penuh kasih sayang dan gemar bersilaturrahim.Namun bukan berarti mbok Nah hidup tanpa musuh.Yang seringkali menyakitkan hati mbok Nah adalah timbulnya rasa dengki dari para tetangga,sahabat maupun saudaranya sendiri.Tetapi kepada semua itu mbok Nah selalu mengalah,dan memposisikan dirinya sebagai orang tua yang lemah dan lebih banyak mengalah.Ia merasa sebagai perempuan yang bodoh di kampungnya.Lebih banyak menangis ketimbang beradu otot atau perang mulut.Apabila sedang terjadi kisruh dengan tetangga.Ia lebih banyak meratap,menangis dan menafakuri.Tetapi tidak demikian apabila menghadapi masalah dengan orang yang tidak begitu di kenalnya.bahkan dengan perangkat desa sekalipun.

Pernah suatu ketika mbok Nah berhadapan dan perang mulut dengan pak Joyo,Carik Desa.Akar masalahnya waktu itu jatah pengairan untuk mbok Nah belum selesai,tinggal kurang lebih hanya seperempatnya.namun pak Joyo mengklaim telah selesai dan memutus mata rantai aliran air tersebut..Kontan mbok Nah tak terima,di acung-acungkannya parang dan sebatang patahan pohon singkong.Dengan bersuara lantang.Meminta jatah airnya dikembali.Namun pak Joyo tetap bergeming.Tak memperdulikan kemarahan mbok Nah.Bahkan,pak Joyo malah berbalik mengancam akan membabat habis seluruh tanamannya.

Segagah apapun mbok Nah dia adalah seorang perempuan biasa yang masih punya hati sanubari,Ia tak mungkin berbuat senekat itu.Dan pak Joyopun tahu betul,siapa itu mbok Nah,watak dan tabiat yang sebenarnya.pak Joyo tak takut sama sekali dengan bentuk perlawanan dari mbok Nah.

Mengetahui gertak sambalnya tak di gubris,mbok Nah tak habis akal.Di lucutinya pakaian yang menempel di badan satu persatu.Hingga terlihat bertelanjang dada,tak sehelai benangpun yang menempel di tubuh mbok Nah.Tanpa banyak kata pak Joyopun segera pergi meninggalkan mbok Nah.Setelah suasana kembali tenang dan aman.Di pakainya kembali pakaianya.Kemudian berlalu pergi menuju sawah pak Joyo,dengan tujuan menutupi aliran air serta membedahnya untuk dialirkan ke sawahnya.Yang belum terairi dengan rata.

Awal mulanya,puluhan tahun yang lalu tanah pekarangan itu adalah milik mbok Nah,semasa itu mbok Nah punya lahan yang lumayan luas di berbagai tempat,praktis tak semua pekarangan terawat baik.Bahkan di beberapa tempat menjadi bero karena lahannya tak di olah.Salah satunya adalah lahan yang sekarang telah menjadi kebun yang rimbun.Di penuhi pohon pisang,nenas dan beberapa pohon jambu.zaman dahulu tanah itu di berikan pada mbok Rini dengan perjanjian lisan.Sebuah perjanjian yang tidak tertulis..Sesuatu hal yang lumrah pada zamannya,mengingat waktu itu tak semua orang bisa mengerti dan memahami baca dan tulis.

Mbok Rini,Ibu Shobari keadaannya memprihatinkan kala itu.Di sa’at-sa’at Bangsa masih terjajah.Hidup dengan serba kekurangan bersama Suami dan anak-anaknya..Hingga di kemudian hari kehidupan mbok Nah yang memprihatinkan itu, mengundang rasa simpati dari mbok Nah.Sebagai mahluk sosial mbok Nah tidak tega melihat kenyataan pahit di depan mata.Lalu di suruhlah mbok Rini dan suaminya agar mau mengurus dan menggarap lahan tersebut.Seumur hidup.Dengan syarat.apabila Allah lebih dulu mengambil nyawa mbok Nah maka tanah itu otomatis menjadi milik mbok Rini.Dan sebaliknya,apabila mbok Rini diambil nyawanya oleh Allah terlebih dahulu, maka tanah itu kembali menjadi milik mbok Nah yang sah.Namun akhirnya takdir menunjukkan jika mbok Rini adalah pemilik tanah yang sah karena beberapa bulan yang lalu mbok Rini telah lebih dulu di panggil ke haribaan Ilahi.mbok Rini lebih dulu meninggal dunia,untuk selama-lamanya.Atas kebijaksanaan mbok Nah,maka hasil kebun boleh di ambil anak-anak mbok Rini.Selama masih mau merawat dan memeliharanya.Dengan cara di bagi sepertiga.Awalnya mbok Nah memberi pilihan satu per dua namun dari pihak anak-anak mbok Rini tak menyetujui dan mengajukan usul agar di bagi satu pertiga.dua bagian untuk anak-anak mbr Rini dan satu bagian untuk mbok Nah.Atas usulannya itu mbok Nah pun menyetujuinya,tanpa satu persyaratanpun.Tapi agaknya sifat serakah yang pada dasarnya telah tertanam dalam setiap diri manusia menyeruak ke permukaan.Bermetamorfosa menjadi wajah yang penuh kedengkian dan beringas.

Terkadang mbok Nah sebagai perempuan biasa menafakuri jalan hidupnya,Ia harus berperan sebagai ayah sekaligus ibu dan nenek buat Qohar,cucu semata wayangnya.Ada semacam kegalauan dan rasa khawatir dalam dirinya.Keraguan kadang menyergap.Di dalam hatinya bertanya-tanya.

“Apakah selama ini apa yang di lakukannya bisa mendapatkan keridzaannya?”

“Apakah bisa mendapatkan pahala yang setimpal dengan kaum laki-laki yang lebih banyak mendapatkan keutamaan melebihi perempuan.”

Rasa takut bercampur bimbang terkadang bergelayut.Untuk mendapatkan kemantapan hati dan ketenangan,mbok Nah mencoba berkonsulatasi pada kyai Idris tentang permasalahannya, yang masih mengganjal di hatinya. Walau secara lahiriyah tak terlihat sama sekali jika Ia menyimpan rasa gundah. Akan tetapi hati tidak bisa dibohongi, meski kontras dengan dhohirnya.

Ketika ditanyakan kepada kiai Idris.Perihal prinsip hidupnya yang liar, keras dan bebas. Yang dinilai aneh oleh sebagian tetangga.Juga penuturannya sebagai seorang nenek yang harus merangkap sebagai orang tua bagi cucunya.Kiai Idris hanya tersenyum dan tidak memberikan saran apapun kepada mbok Nah.

Kiai Idris hanya bercerita pada masa zaman Rasulullah tentang seorang muslimah yang tidak malu bertanya dan kritis terhadap permasalahan perempuan dan juga tentang persoalan Agama.Yang belum dipahamainya. Ia mewakili kaum muslimah dalam bertanya langsung kepada Rasulullah. Dia adalah Asma binti yazid bin sakan.Asma binti Yazid adalah seorang ahli pidato yang ulung.Wanita pemberani yang halus perasaannya dan budi bahasanya. Asma binti Yazid datang kepada Rasulullah Saw berkenaan dengan tawanan wanita.

”Wahai Rasulullah, seorang utusan datang setelah aku dari kalangan kaum wanita beriman yang semuanya berkata sesuai perkataanku dan mereka sependapat denganku, bahwa Allah Ta’ala telah mengutus engkau untuk kaum pria dan wanita, lalu kami beriman dan mengikuti agama engkau. Namun kami sebagai kaum wanita terbatas langkahnya, tinggal di rumah, mengurus suami dan melahirkan anak-anak mereka, sementara kaum pria diberi kelebihan dengan berkumpul, menghadiri jenazah dan berjihad. Manakala mereka keluar untuk jihad, kami pelihara harta mereka, kami didik anak-anaknya, kami juga ingin mendapat pahala seperti yang mereka dapatkan itu.”

Rasulullah Saw bersabda kepada para sahabatnya, ”Sudikah kalian mendengar ucapan wanita yang menyampaikan pertanyaan paling baik tentang agamanya selain dari dia?”

Para sahabat menjawab, ”Ya, kami mendengarnya wahai Rasulullah!”

Maka Rasulullah Saw menanggapi ucapan Asma sebagai berikut, ”Wahai Asma, pergilah dan sampaikanlah kepada teman dan saudara-saudaramu dari kalangan wanita bahwa berbakti kepada suami dan berusaha meraih ridhanya serta mematuhinya, pahalanya sebanding dengan pahala yang didapat kaum pria yang engkau sebutkan itu.” (HR. Hakim)

Beliau adalah seorang ahli hadis yang mulia, seorang mujahidah yang agung, memiliki kecerdasan, dien yang bagus dan ahli argumen, sehingga beliau dijuluki sebagai“juru bicara wanita”.

Diantara keistimewaan yang dimiliki oleh Asma` adalah kepekaan inderanya dan kejelian perasaannya serta kehalusan hatinya. Selebihnya dalam segala sifat sebagaimana yang dimiliki oleh wanita-wanita Islam yang lain yang telah lulus dari madrasah nubuwwah yakni tidak terlalu lunak (manja) dalam berbicara, tidak merasa hina, tidak mau dianiaya dan dihina, bahkan beliau adalah seorang wanita yang menjadi contoh yang baikdalambanyakmedanpeperangan

Penuturan kyai Idris semakin memantapkan prinsip hidupnya. Selama apa yang dilakukannya mendatangkan manfaat baginya dan tidak mendapatkan madhorot. Di usia senja ia tak kehilangan semangat, ia malah seperti menemukan kehidupan yang baru. Yang penuh tantangan dan mesti di hadapinya.

Sepulangnya darisowan kyai Idris Qohar dan mbok Nah melewati jalan setapak.Jalanan berlumpur dan menyeberangi sungai.Walau di usianya yang kian renta mbok Nah tak memperlihatkan rasa capek dan lelah di depan Qohar.dengan setia mbok Nah menuntun Qohar sewaktu melewati jalanan yang rumit dan terjal.Secara kebetulan ketika melewati persawahan bero yang hanya di tumbuhi rumput-rumput liar Qohar melihat sekelabat buku kecil dan tebal.terselip diantara rumputan perdu tanpa diketahui mbok Nah.

“Maknyak tunggu dulu!.”

Ada apa ?.”

“Aku mendapatkan buku!.”

“Nengndi?.”

“Kaee??.”jawab Qohar sambil jari telunjuknya mengarah ke arah rumputan perdu.Diantara semak-semak.

Diambilnya buku itu dengan guratan wajah yang sumringah.mbok Nah menimpalinya dengan senyumannya yang khas.Buku yang lumayan tebal itu bertuliskan huruf Arab Jawa atau yang biasa di sebut Arab Pegon.Sayangnya mbok Nah tak bisa membacanya namun terbantu urutan gambar yang runut mengenai perjuangan Joko tingkir di dalam menghadapi puluhan buaya sungai.

Sampai dirumah mereka lalu makan bersama kemudian istirahat.

rasa syukur yang agung kepada tuhan mampu mengalahkan ego yang seringkali menguasai manusia .

entah telah berapa kali mbok Nah menjadi tempat pergunjingan para tetangga dan masyarakat.seringkali pula selentingan itu terdengar langsung di telinga mbok Nah. Yang lebih menyakitkan terkadang rasa benci dari sebagian tetangga sengaja di hembuskan ke telinga Qohar.Cucu semata wayangnya.Yang paling sering di hembuskan adalah mbok Nah semakin tua semakin menjadi gila harta.Tak kenal waktu di dalam bekerja.

Tapi Ia malah bersyukur karena masih ada manusia yang mau mengorbankan waktu guna menegurnya secara tidak langsung .

Mendengar semua itu terkadang mbok Nah merasakan sakit hati sebagai manusia biasa, namun seiring berjalannya waktu Semua itu kian terlupa.Tergantikan senyum dan guyonan dari Qohar cucu satu-satunya.

Besok hari senin legi mbok Nah hampir lupa jika hari itu adalah hari kelahiran Dewi Juariyah,Ibunya Qohar.Biasanya di hari itu dirayakan hari ulang tahunnya secara sederhana.Dengan menyuguhkan bubur merah putih di bacakan doa selamatan lalu di bagi-bagikan ke tetangga sekitar.Dengan harapan orang yang di do'akan tetap dalam lindungan Allah yang Kuasa dan tetap di beri kesehatan dan kekuatan hidup.

Mbok Nah segera menuju dapur memeriksa bahan-bahan yang kurang.sesekali tangan kirinya menggaruk-garuk kulit kepala hingga seperti menemukan sesuatu.Persediaan bumbu-bumbu dapur sepertinya telah menipis,hanya tinggal beberapa cabe,bawang putih,dankelapa.Mbok Nah hendak ke sawah mengambil daun pisang,kunyit dan sayur-sayuran.sebelum berangkat di lihatnya Qohar tengah bermain senapan angin.di dalam kamar.

“mbah mau kesawah dulu. jaga rumah ya?.”

“Aku ikut mb?.”

“Kalau ikut jangan lupa tutup pintu?.”

“Yaa..!”

Segera di simpannya Senapan angin itu lalu berlari mengejar mbok Nah yang lebih dulu meninggalkan Qohar.Hanya dalam hitungan menit, merekapun sampai di jalan raya.Kemudian berhenti sejenak,menunggu jalannya mobil Tronton.Lalu menyebranginya.Kali ini mbok Nah tidak langsung menuju ke sawah.Di langkahkan kakinya menuju sebuah pohon asem jawa yang buahnya lebat.Tepat di tepi jalan.Di bawah pohon asem mbok Nah mengais sisa-sisa asem tua yang berjatuhan.Dahannya yang rimbun dan bercabang-cabang memudahkan Qohar untuk segera menaiki pohon tersebut.

Ke.edisi.D.

aktivis renta bagian A

Usianya mulai senja, warna perak menyepuh hampir seluruh rambutnya.Kulitnya mulai berkerut di sana sini.Tapi giginya masih terlihat utuh.Hanya beberapa gigi geraham yang telah tanggal. Semangat juangnya untuk menjalani hidup,tak pernah kendur dan pantang menyerah.Tak ingin menggantungkan hidup pada orang lain.Pada hal kalau mau,sebenarnya Ia bisa hidup enak tanpa harus bersusah payah bekerja.Sepeninggal suaminya,kang Karta Ia di tinggali sawah,kebun dan rumah tanah.Semasa itu suaminya mendapatkan beberapa hektar tanah dari pemerintah karena jasanya ikut berjuang melawan penjajahan.belum lagi pemberian sawah beberapa petak dari pemerintah kolonial belanda,semasa itu.karena di tinggal pemiliknya ,pulang kenegara asalnya,belanda
Sawah tanahnya yang sedemikian luas, bisa saja Ia serahkan kepada para penggarap.Dan Ia bisa hidup enak,bersahaja dan istirahat di rumah.Tanpa harus bersusah payah memeras keringat.Tapi tidak baginya,Ia tak mau menyerah dan tidak pula mengeluh,Ia tetap bersikukuh ingin menggarap sendiri sawah dan kebunnya.Ia tak ingin menjadi parasit,menyusahkan orang lain.Selama raganya masih mampu untuk bekerja.Ia akan tetap terus memeras keringat,banting tulang.Dengan begitu Ia bisa dapatkan kesehatan jasmani,semua itu tak bisa di beli dengan rupiah.Ada suatu kepuasan dalam dirinya, bila Ia makan dan minum dari hasil keringatnya sendiri.Ia percaya bahwa hidup harus selalu di syukuri dengan tetap bekerja sekuat yang Ia mampu.
Sepeninggal suaminya, tanah dan kebunnya satu persatu Ia jual atau di berikan begitu saja kepada orang-orang yang tidak mampu.Sejatinya kalau hanya untuk biaya menunaikan Ibadah haji Ia sudah mampu,bahkan untuk memberangkatkan dua sampai tiga orang sekaligus.Tapi entah kenapa Ia tak ada niat untuk menunaikan Ibadah haji.
Hal itu di lakukannya karena Ia mempunyai kepekaan sosial yang sangat tinggi.Tak etis apabila Ia menunaikan Ibadah haji sementara tetangganya ada yang hidup dengan serba kekurangan.
Seringkali Ia mendengar kabar ada seorang yang rela jual tanah demi hanya untuk biaya menunaikan Ibadah haji namun Ia justru mengharamkannya.Ia menyebutnya dengan sebutan haji bangkrut.
Harta bendanya sering di sedekahkan untuk janda-janda tua.Di desa tetangga.janda-janda tua itu lazimnya beranak lebih dari dua.Jalan hidupnya lebih mirip dengan perjalanan hidupnya.Bedanya,perbuatan menyimpang yang di lakoninya akhirnya mendapat restu dari suaminya,Semasa itu tak terhitung banyaknya perawan-perawan desa yang di gauli begitu saja oleh para penjajah.Pada masa penjajahan Belanda maupun Jepang.
Di atas jerami kering diantara bebatuan,duduk bersila seorang perempuan Tua.Di pinggir sungai yang mengalir jernih.Di bawah pohon nangka yang adem,sejuk dan teduh.Dengan di temani semilirnya angin sepoi-sepoi,membuatnya betah berlama-lama untuk sekedar duduk bersila,sembari membuang lelah,capek setelah seharian bekerja.
Tepat diatas sungai,terbentang sawah beberapa petak miliknya.Waktu dzohor telah berlalu beberapa jam yang lalu dan panasnya terik matahari agaknya telah mulai berkurang.Tapi perempuan Tua itu masih belum juga beranjak dari Musolla.yang di desain dari jerami kering itu.Ia masih duduk bersimpuh,melawan kantuk.Dari kedua bibirnya yang keriput.Tak henti-hentinya melafadzkan Asma-Asma Allah.Memanjatkan rasa syukur,teriring dzikir lalu dikhiri doa sapu jagat seperti biasanya.Setiap hendak pergi kesawah perempuan tua itu selalu menyempatkan diri membawa perbekalan makanan secukupnya,dua lapis jarek untuk Shalat dan beberapa helai daun sirih.
Apabila Ia lupa membawa barang bawaanya.Sebisa mungkin Ia sempatkan untuk pulang,sebelum tiba saatnya waktu dzohor.waktu baginya adalah segalanya.sebisa mungkin Ia gunakan waktu sebaik-baiknya.Uniknya apabila suatu ketika Ia lalai lalu tertidur Ia selalu menyesali,seolah-olah Ia kehilangan seorang anak.Begitu berartinya waktu.Hingga di malam-malam mustajab Ia tafakuri,berapa waktu yang terbuang begitu saja,berapa sisa umurnya yang masih di kandung badan.Dan untuk apa dirinya tercipta.Karena sejatinya usia yang di kandungnya terus berkurang.Lalu suatu sa'at panggilan Ilahi pasti akan datang padanya.
Usai melawan kantuk dengan berdzikir.Diambilnya selembar daun pisang,langsung dari pohonnya,yang tak jauh dari tempatnya duduk bersimpuh.Selembar daun pisang dijadikannya sebagai alas makan nasi,pengganti piring.Lalu di ambilnya nasi putih bersih beserta urap sambal daun singkong,oseng-oseng kangkung,ditemani lalapan kacang panjang mentah,daun kemangi,dan dua buah mentimun sedang.Kenikmatan dunia seakan tak terbayar,meski di barter dengan kenikmatan di Surga sekalipun.Maka wajar jika di dalam pikirannya tak terlintas untuk menggapai kenikmatan Surga di akhirat kelak.Apa yang ada pada dirinya kini sudah melebihi dari cukup.tak ada yang lain.cukup satu kata yang mengiringi langkah hidupnya yaitu syukur.ungkapan dari sebuah rasa terima kasih kepada sang pemberi warna pada daun dan buah begitu pula pada cabe dan terong.Setelah selesai makan di teguknya air kendi.ces ! dingin dan bening.Inilah surga dunia,tak terbayar,dan tak bisa di bayar dengan Rupiah.
Desa adalah Surga bagi orang-orang yang menyintainya dengan meluangkan waktunya untuk menggarap dan memeliharanya.Tak begitu jauh dengan pepatah Arab yang mengatakan “man jadda wa jada”.Siapa yang mau bersungguh-sungguh pasti akan menemukan hasil dari apa yang telah di tanamnya.
Sawahnya yang tepat diatas bibir sungai banyak di tanami sayur-sayuran yang beragam.Tak tanggung- tanggung sayuran yang ditanaminya pada umumnya mampu bertahan hingga setengah tahun bahkan lebih. Tak banyak jenis sayuran yang di tanaminya setiap jenis sayur- sayuran hanya satu sampai lima tanaman di setiap guludannya.
Terbatas hanya disela sela guludan tanaman padi.Namun untuk memanen satu jenis tanaman sayuran yang hanya beberapa pohon,bisa mencapai tujuh bulan. Bahkan bisa mencapai satu tahun seperti lembayung, tanaman kacang- kacangan yang biasa menjalar kemana- mana.Tanaman sayur sebangsa kacang-kacangan meski hanya beberapa buah.Tapi bisa menghasilkan puluhan ikat.kangkung yang di tanam di beberapa guludan,bisa di panen dua hari sekali.Itupun bisa menghasilkan dalam jumlah yang sama seperti halnya Lembayung.Belum lagi daun singkong,koro dan kecipir yang masa panennya bisa bertahan hingga umur dua tahun.

Walau demikian hasil sayuran yang melimpah tersebut tak pernah di jual ke pasar.Kerapkali sayuran-sayuran itu yang biasa di ikatnya besar-besar,di bagi-bagikan kepada para tetangga dengan cuma-cuma.Ia hanya mengambil secukupnya untuk di olah hari ini dan esok hari.Hanya hasil buah-buahan semacam nangka,mangga dan jengkol yang terkadang di bawa sebagai barang bawaan ke pasar.Itupun terbatas pada saat-saat datang musim buah.Tetapi ada saja musim yang menyertainya.Jika di bulan ini musim nangka,bulan kemarin musim rambutan,lalu di bulan depan musim durian,begitu seterusnya.Itulah harmoni alam semesta yang senantiasa menghadirkan keseimbangan untuk memenuhi hajat hidup para penghuninya.Selama alam itu di jaga,di pelihara dan dirawat dengan setulus hati.
Setiap kali melihat tanaman-tanamannya yang terus menghijau,tak jemu-jemu untuk terus di kunjunginya setiap hari.Ada saja pekerjaan yang menantinya,menyiangi rerumputan,mengairi sawah,memanen sayuran,mengambil rebung,mencari ikan ,memancing belut,dan masih banyak lagi pekerjaan lain yang setia menantinya.Seakan pekerjaan di sawah itu tidak ada habisnya.Apalagi bila musim buah telah tiba seperti nangka,mangga,pete,dan jengkol.Praktis keseharian hidup orang-orang Desa hanya di habiskan untuk ke sawah.
Tepat di atas pinggiran sungai banyak di tanami pohon-pohon keras.Semacam pohon bambu,kapuk randu,sengon dan lainnya.Di samping bertujuan untuk diambil manfaatnya pohon-pohon tersebut berguna untuk mencegah dan mengurangi erosi.Selama pohon-pohon keras itu masih hidup maka selama itu pula ekosistem sungai dan sawah akan tetap terus terjaga.Kenyataannya tanaman-tanaman keras itu memang mampu menyeimbangkan tanah,sehingga tidak mudah longsor.
Tak jauh dari tempat perempuan tua itu duduk bersila,ikan-ikan bader dan udang berkejaran, lalu menggerombol menungguinya, dengan setia,Menantikan sisa-sisa makanan yang biasanya sengaja di sisakan untuk ikan-ikan.Biasanya sisa-sisa nasi putihnya di tumpahkan begitu saja.ke arah aliran sungai.Ikan-ikan dan udangpun terkesiap sambil berlompat-lompatan membentuk sebuah formasi.Jika mau perempuan tua itu bisa saja mengambil dengan mudahnya ikan-ikan itu, yang jinak-jinak merpati.Untuk lauk sehari-hari.Tapi demi ketulusan hati dan kesetiaan,sifat kanibalisme tergeser menjadi nomor yang kesekian.
Menyaksikan sebuah sandiwara mahluk-mahluk lain semacam ikan,di depan mata.Adalah suatu kebanggaan.Perempuan Tua itu merasa telah menyatu dengan alam.Demikian pula dengan burung-burung belibis.Berkeliaran bebas,berkejar-kejaran di satu tempat ke tempat lain.Burung-burung itu mulai menampakkan sayap-sayap indahnya di siang hari.Di saat suara-suara riuh mulai lenyap,sepi dari hiruk pikuk kegiatan manusia.Di saat orang-orang mulai kembali pulang,melepas lelah dan letih.Setelah seharian memeras keringat.Burung-burung itu mencuri-curi waktu selepas suasana benar-benar sepi.Seolah tercipta untuk selalu menjaga jarak dengan manusia.Burung-burung itu tampak anggun dan elegan dengan kombinasi warna hitam,hijau perak di leher dan kepala serta bintik-bintik kuning hitam di bagian ekornya. Sesekali terlihat menyelam, menghilang kedasar sungai, mencari mangsa dengan lincahnya. Bulunya yang anti air lebih mirip dengan angsa berukuran lebih kecil sepuluh kali-lipat. Berenang-berenang berlalu lalang, berkejar-kejaran. Sayangnya kemunculannya,disaat-saat sepi setelah keadaannya terasa aman,barulah burung-burung itu keluar dari semak-semak.Ada pula yg bermalas-malasan, bertengger di dahan dan ranting-ranting pepohonan bambu.
Setelah burung-burung belibis berlalu pergi.Datang sekawanan burung bubut yg mencari katak, cacing dan ikan-ikan kecil sisa garapan burung belibis.Mereka tak pernah hadir bersamaan.Diantara burung-burung itu menyadari kekalahan dan kelemahannya, rela menunggu, lalu silih berganti sampai menjelang sore.
Dengan dihiasi birunya langit dan mentari yang terkadang mengintip dari balik awan,yang bergerombol.Di dalam sunyi di siang hari burung-burung kutilang,burung betet bersaut-sautan.Saling unjuk gigi dan kebolehan.Memamerkan suaranya masing-masing.Suaranya melengking-lengking seolah-olah tak mau kalah dengan lengkingan suara penyanyi populer melly goeslaw sekalipun.
Di bibir-bibir sungai biawak tampak hilir mudik menanti giliran.mencari bangkai-bangkai ikan,katak dan sejenisnya.
Walau hanya sekedar melintas.Sekawanan ikan, burung-burung dan binatang lainnya tidak takut ataupun gentar menampakkan diri didepan perempuan tua itu.Seakan perempuan tua itu telah menyatu dan berjanji untuk tidak saling mengganggu, menyakiti dan menguasai.Hanya orang-orang yg berhati sebersih embun pagi yang senantiasa disambut kehadirannya.
Akhir-akhir ini mulai muncul kekhawatiran dalam benak perempuan Tua itu.Apabila menyaksikan ulah para pemuda desa yang mencari sarang burung dengan membabi buta. Seharusnya yang boleh diambil adalah telurnya saja,yang besarnya hampir menyerupai telur ayam.Tapi sering kali anakannya ikut serta diambilnya.Sehingga ahirnya berujung pada kematIan.Juga perlakuan beberapa pemburu liar yg menembaki apa saja yg melintas didepannya, tanpa mempertimbangkan keseimbangan alam.Belum lagi cara-cara mengambil ikan yang serampangan.Dengan menaruh tuba di beberapa tempat.Sehingga pelan dan pasti telah merusak ekosistem sungai.
Terakhir kali rombongan kepala desa beserta jajarannya beramai-ramai mencari ikan dengan puluhan gelondong apotas dan insektisida.Racun-racun itu di tebar di sepanjang aliran sungai.Beberapa botol kaleng insektisida bekas diantaranya masih tercecer di pinggir-pinggir sungai.
Sepulangnya dari sawah perempuan Tua itu mnyempatkan waktunya,untuk memulung kacang tanah yang telah usai di panen.Pemilik lahan yang di tanami kacang tanah itu adalah pak Edi seorang lelaki tambun dan pendek.Yang kini tengah menjabat sebagai modin Desa.Pak Edi dua hari yang lalu baru saja menyerahkan kacangnya seluas satu hektar untuk di tebas oleh pak Tomo.Seorang bakul kacang senior.Pak tomo telah menekuni usaha sebagai bakul kacang selama puluhan tahun lamanya.Pak tomo merintis usahanya sejak masih nol.Bersama pak Parjo yang terlebih dahulu pergi meninggalkannya untuk selama-lamanya.Sejak dua tahun yang lalu.Bagi orang desa memulung kacang tanah adalah suatu kenikmatan tersendiri yang tiada tara.Dalam beberapa jam bisa mendapatkan satu ember ukuran sedang.Cukup kalau hanya untuk camilan beberapa hari.Apabila di keringkan bisa bertahan hingga tujuh bulan lamanya.Biasanya apabila memulung hingga tengah hari bisa terkumpul tiga ember ukuran sedang atau satu ember besar.Lebih dari cukup untuk sekedar sebagai camilan selama satu minggu.Bila tersisa akan dikeringkan untuk camilan di musim penghujan.Telah menjadi suatu kebiasaan bila datang musim hujan bawaannya selalu ingin ngemil.Tak seperti di musim kemarau.
Setiap perempuan Tua itu pulang dari sawah ada saja setiap harinya barang-barang bawaan semisal kayu,sayuran dan buah-buahan.Bakul yang biasanya untuk membawa bekal makan siang di jadikannya wadah untuk menampungnya.Kendati tidak membawa bakul Ia punya banyak cadangan untuk persiapan mana kala di butuhkan.Memulung kacang tanah,mengambil umbi-umbian ataupun barang-barang yang tak terduga sebelumnya.
Pulang dengan tangan hampa baginya adalah sesuatu hal yang tabu.Tiada hari tanpa barang-barang bawaan.Sementara bahan-bahan dan kebutuhan dapur memang senantisa di perlukan.Plastik-plastik lusuh yang di dapat dari sepanjang aliran sungai sengaja Ia simpan.Di selipkan diantara bebatuan di bawah pohon nangka.
Begitu tiba di perkampungan.Seorang perempuan setengah baya menghampirinya, lalu menanyakan perihal barang bawaannya.Perempuan setengah baya itu biasa di panggil dengan panggilan Rukini,seorang Ibu muda,mempunyai seorang anak balita,kini ibu muda itu tengah mengandung kembali dari buah pertarungan dahsyat dengan suaminya.
“Bawa sayuran lembayung mbok?minta ya mbok?”pintanya dengan penuh keakraban.
“Bawa tapi sedikit,ini aku bawa daun singkong banyak kalau mau ?”
“Daun singkong juga tak apa,kebetulan udah lama nggak mecel daun singkong”.
Tak ada rasa malu ataupun canggung pada diri Rukini,karena memang telah menjadi suatu kebiasaan dan lambat laun menjadi suatu keakraban.
Apabila ada pesanan sayuran dalam jumlah yang lumayan banyak.Biasanya orang-orang yang memesan akan mengganti ongkos,ongkos ala kadarnya.
Perempuan Tua itupun mengeluarkan daun singkong dari balik selendangnya,lalu memberikan seikat daun singkong yang lumayan besar untuk ukuran seikat daun singkong pada umumya.
Perempuan Tua itu yang kesehariannya hidup bersahaja,biasa di panggil dengan panggilan mbok Ginah.Ada pula yang menyebutnya dengan sebutan mbok Nah.Sesuai nama yang sebenarnya,Tri Aminah.Di namakan demikian karena dirinya terlahir sebagai anak ketiga.Tri yang berarti tiga berasal dari bahasa Sansekerta.Yang waktu itu sangat masyhur dikalangan orang-orang Jawa kuno ratusan tahun silam.Nama Tri adalah suatu kebanggaan,sebuah nama titisan turun temurun dari ajaran Agama nenek moyangnya.Hingga kini perempuan tua itu masih mengagumi ajaran-ajaran Agama nenek moyangnya. Sebuah Agama yang jejak-jejaknya masih bisa di lihat dan di saksikan di seluruh seantero Nusantara.Kekaguman pada agama nenek moyangnya,bukan tidak lepas dari buyut dan kakeknya.Buyutnya dulu adalah seorang resi dan konon kakek perempuan Tua itu berwasiat kepada Ayahnya agar kelak bila di karuniai anak perempuan yang ketiga agar di berinya nama Tri pada anak ketiganya.
Kendati Ia masih belum bisa melupakan,ajaran-ajaran luhur Agama terdahulu serta sangat mengaguminya.Ia tidak akan membuang begitu saja ajaran-ajaran yang telah mengakar ke dalam sendi-sendi kehidupan semenjak ratusan tahun yang lalu.
Setibanya di rumah mbok Nah langsung mengakrabi sayurannya.Di cuci bersih lalu di simpan diatas genuk yang berisi air.Agar tetap terjaga kesegaranya.Lalu membasuh kedua kaki dan tangannya hendak tidur siang.Sebelum merebahkan badannya,di lihatinya satu persatu kamar di rumahnya.Tak ada orang sama sekali.Qohar,cucu satu-satunya tak ada di kamarnya.Pada hal biasanya tidur lelap,di kamarnya.Hanya di waktu malam,Qohar tidur bersamanya.Itupun lebih karena ketertarikannya pada dongeng-dongeng dan cerita semata.
“Kemanaaa ? cucuku. pintu terbuka,ayam di biarkan masuk.kemanaaa ? ini orangnya.”gumamnya dalam hati.
“Maknyak !.” Ia menoleh ke asal suara,cucunya berlari ke arahnya sambil menangis.Ia mengernyitkan dahi.
“Ada apaaa?.”tanyanya dengan penuh penasaran.
“Gemakku hilang !.”jawabnya dengan muka muram,dari kedua bola matanya terlihat basah oleh air mata.
“Hilang yo wis!.Jangan di tangisi.Mbok ya coba kamu pikir. Apa kamu ndak kasihan,bayangkan kalau kamu tak kurung di dalam kamar sampai seharian,Bahkan berbulan-bulan.Apa kamu mau?.
Burung itu juga mahluknya Gusti Allah.Biarkan saja burung itu terbang bebas.Bila terus-terusan kamu kurung,kamu kekang.Nanti kamu akan di bales di Akhirat,di hukum,di kurung juga.Seperti apa yang telah kamu perbuat terhadap burung itu.Urainya panjang lebar.
Pada mulanya panggilan Maknyak dari Qohar kepada neneknya.Hanyalah gurauan semata.Karena waktu itu Qohar baru saja main kerumah Fariz,temannya.Anak pak Karim yang kebetulan baru beberapa minggu di belikan televisi.Di rumah Fariz Ia menonton televisi serial drama betawi Si Doel Anak Sekolahan.Di situ si Doel dan Mandra sang pemeran utama memanggil ibunya dengan sebutan Maknyak.Kini panggilan Maknyak menjadi suatu kebanggaan sekaligus hiburan baginya.
Tak terbersit rasa risih sama sekali ataupun rasa malu pada diri mbok Nah atas panggilan itu.Dengan legawa Ia terima segala bentuk panggilan meskipun berbau penghinaan dari siapapun.Karena Ia menganggap nama hanyalah nama,tidak terlalu penting untuk di bahas.
Apa arti sebuah nama apabila hati dan jiwanya kotor penuh dengan kerakusan.
Di panggilnya Maknyak dari seorang cucu tak ada rasa canggung sama sekali.Walau sebenarnya Ia hanyalah seorang nenek bagi Qohar.cucu satu-satunya.justru mbok Nah merasa sebagai ibu dari Qohar.Senang dan ada semacam ketenangan.di dalam hatinya.karena Qohar sedari kecil,semenjak usia satu tahun dirinya yang menggantikan ibunya,menyusui dengan sepenuh hati,meski hanya susu bohong-bohongan.
”Di genuk ada beberapa ikat daun singkong.Ambil seikat saja,lalu berikan sama mbok Rondo!.nanti terus pulang jangan keluyuran.”perintah mbok Nah sembari menasehati.
”Kemarin sore kan sudah di beri maknyak?”sergahnya.
”Kamu kemarin sore kan juga sudah makan!.”timpal mbok Nah,tidak mau kalah.
”Aku nggak makan.tapiii..sarapan.”kilahnya.
”Sarapan kok sore-sore.Sudah!.sana buruan,besok tak carikan burung gemak lagi.”Perintahnya sambil menghibur untukmengobati kegalauan Qohar.
”Saya mau kencing dulu maknyak!.”tunda Qohar sembari beralasan.
”Pinterrr!! yo wis kencing dulu sana!.”ujarnya memberinya ruang untuk beralasan.
Mbok Rondo yang yang berarti Ibu janda itu,telah lanjut usia.Walau sebenarnya usianya jauh lebih muda dari mbok Nah tapi mbok Rondo terlihat lebih tua dan di tambah lagi sudah sering sakit-sakitan.Ibarat pohon beringin yang rimbun dengan berhias dedaunan yang sangat lebat,akan tetapi cepat meranggas.Daunnya dengan mudah berguguran lalu mongering,laksana menghadapi musim kemarau selama bertahun-tahun.Hidupnya sebatang kara,tak ada teman bercengkerama dan tak ada yang bisa di banggakan.Hanya sesekali,terkadang tetangganya datang bertamu untuk sekedar menjenguk dan menghiburnya.Keadaannya,sangat kontras dengan apa yang di alami semasa mudanya.Konon dulu,semasa mudanya mbok Rondo bekerja di Kota sebagai pembantu selama bertahun-tahun.Bekerja pada orang-orang Arab keturunan,di semarang.Jauh sebelum zaman pendudukan Jepang.Semasa bumi Nusantara masih di bawah penjajahan Belanda.atas kendali Ratu Yuliana.Sampai setelah Indonesia merdeka.Kendati semasa mudanya dihabiskan untuk hidup di Kota,tak pernah bergelut dengan pekatnya Lumpur hitam atau panas teriknya matahari,di tengah-tengah sawah.Tubuhnya yang tinggi semampai,kulitnya putih dengan alis mata yang beriringan seperti semut yang sedang beriringan,serta bulu matanya yang lentik.Kakinya yang mulus,putih.Tak ada bandingannya,dengan orang sekampungnya.Tubuhnya yang sintal itu,selalu di rawat,putih bersih,wangi dan selalu mengenakan jilbab.Itu adalah sebagian dari gambaran hidup semasa mudanya.
Sepulangnya ke kampung halaman,banyak pria kampung yang tergila-gila padanya.Pancaran rona wajahnya,mampu meredupkan perangai para preman yang keras dan bajingan tengik sekalipun.Mengalahkan preman manapun.Hingga bertekuk lutut dihadapannya.Kecantikannya mengalahkan perempuan-perempuan Desa.Dalam waktu singkat,dengan mudahnya mbk Rondo bertengger sebagai Primadona Desa.Lamaran demi lamaran berdatangan dari para lelaki yang terhormat,yang hampir kesemuanya berdarah biru.Datang silih berganti.Namun seringkali di tolaknya dengan cara baik-baik.Hingga pada suatu saat,pilihan jatuh kepada kang Amran.Anak Tumenggung Sastro djoyodiningrat.Yang waktu itu menjabat sebagai Wedana.Setingkat camat di masa kini.kang Amran yang berwatak keras,sangar,kaku dan di takuti banyak kalangan. Akhirnya tahluk di pelukan mbok Rondo.Tapi sayangnya kang Amran sama sekali tidak mengenal seni bercinta.Setelah mbok Rondo resmi dinikahi kang Amran.Ia masih tetap saja menjunjung tinggi kesuciannya.Tak ingin ternoda sama sekali.Dari cerita yang beredar di masyarakat,mbok Rondo waktu itu dengan tegas menolak di setubuhi.Entah kenapa semua itu bisa terjadi.
Mbok Rondo yang bernama asli Maryamah.Adalah perempuan yang aneh,sekaligus nyeleneh.Mau dinikahi tetapi sama sekali tidak mau di gauli.Ia tidak ingin menjadi perempuan yag ternoda oleh suaminya sekalipun.Tepatnya dua hari setelah Akad nikah. Mbok Rondo di ceraikan oleh kang Amran.Dengan alasan yang tidak logis.Mbok Rondo tidak mau di sentuh..
Hingga detik ini tak terpikir sama sekali dalam benak mbok Rondo.Untuk menikah lagi.Jadilah mbok Rondo menjadi janda tua yang masih terjaga kesuciannya.Di usia tuanya,Ia tinggal sendiri di sebuah gubuk berukuran dua kali empat meter.Sedikit lebih luas jika di banding dengan ukuran kandang kambing pada umumnya.Sawah,hasil jerih payahnya selama puluhan tahun.Semasa bekerja di kota,kini tak berbekas lagi.Karena tipu daya orang-orang yang tidak bertanggung jawab.Sepenuhnya Ia tertipu dengan sadarnya.Sawah satu-satunya dijualnya dengan harga semurah-murahnya.Ia kira nilai nominal uang sekarang,tak ada bedanya dengan uang di zaman dahulu.Harga tanah yang di sangkanya naik tipis.Justru pelan dan pasti,telah mencekiknya secara perlahan.
Tak kurang dari satu tahun,uang hasil penjualan sawah akhirnya ludes.Untuk biaya makan sehari-hari.Walau nasi telah menjadi bubur.Allah yang kuasa masih tetap mencurahkan Rahmatnya bagi seluruh Alam.Setiap mahluk yang tercipta telah mendapat cadangan rizki masing-masing.Terkadang sekali dua kali mbok rondo mendapatkan bantuan dari para tetangganya,Serta saudara-saudara jauhnya.Yang masih menaruh simpati kepadanya.Walau nominalnya tidaklah seberapa,namun cukup membantu untuk mengurangi beban pikirandemi untuk kelangsungan hidup sehari-hari.Setiap hari, setiap minggu ada saja Rizki yang dicurahkan Allah lewat hamba-hambanya.
Sekarang agaknya nasib baik, telah merapat padanya.Gubuknya yang rata dengan tanah telah berdiri kembali seminggu yang lalu.Para tetangga gotong royong memperbaiki dan membangunya kembali.Sebelumnya Ia menumpang makan dan tidur di rumah kartini, tetangganya.Karena rumahnya yang lebih mirip gubuk.Terbuat dari ruas- ruas bambu dan anyamannya.Tiba- tiba ambruk, rata dengan tanah oleh ulah kambing- kambing biadab.
Kambing- kambing biadab itu milik Haji Malik.Tiga kambingnya terlepas dari kandangnya.Dua ekor kambing jantannya snewen ingin kawin. Lalu mengejar seekor kambing betina.Ketiganya berkejar- kejaran dan berlari- lari bebas mengelilingi kampung. Tanpa diduga sebelumnyaSalah satu satu kambing jantannya,tali tambangnya tersangkut di salah satu tiang rumah mbok Rondo.Hanya kurang dari hitungan menit .Rumahnya ambruk dan berantakan.Untungya mbok Rondo waktu itu tengah pergi ke Sungai untuk keperluan buang hajat.Sehingga selamat dari musibah.
Tak ada yang di salahkan maupun menyalahkan dan memang tak perlu ada yang di salahkan.Barangkali itu memang telah menjadi suratan baginya.Mbok Rondo tidak marah,tidak pula menuntut.Tak ada guratan kesedihan sama sekali di wajah mbok Rondo. Tapi rasa kehilangan pastinya menghinggapi pikirannya.Dirinya sudah mengakrabi hidup dengan bergelut penderitaan.Terbiasa menjadi bahan cercaan semenjak sawahnya di jual murah-murahan untuk biaya hidup sehari-hari.Dirinya tau diri dan menganggapnya tidak layak untuk meminta-minta apalagi menuntut.
Dalam musibah itu tak ada yang mau bertanggung jawab.Pak Haji malik pemilik kambing-kambing biadab itu hanya menyumbang beberapa potong bambu dan beberapa ikat daun ilalang kering,untuk keperluan atapnya.Masih sangat jauh dari mencukupi.Selebihnya,pak Haji Malik justru menyalahkan keadaan dan menganggapnya bukan suatu musibah.
”Wong rumahnya memang sudah tua kok !sudah waktunya ambruk.”begitulah kata-kata pak Haji Malik terlontar begitu saja tanpa berfikir terlebih dahulu,sehingga terkesan menganggap enteng suatu masalah.
Di mata mbok Rondo kata-kata pak haji Malik adalah sebuah petuah.Tak banyak yang harus di perbuat.Padahal semestinya Ia punya hak untuk meminta lebih.
Mendapatkan bantuan dari pak haji Malik yang tak seberapa nilainya.bagi mbok Rondo sudah lebih dari cukup.Tetapi para tetangga dan saudara-saudara jauhnya,justru muak.Tidak terima dengan kenyataan yang ada.Tapi tak bisa berbuat banyak karena mbok Rondo sendiri tak ingin masalahnya menjadi semakin runyam.merekapun hanya bisa mengumpat dalam hati.mereka hanya bisa menilai jika titel haji yang telah di sandangnya sama sekali tak ada gunanya.
“Haji gombal.!!.”demikian orang-orang menyebutnya.
Pagi -pagi benar mbok Nah telah lebih dulu pergi ke sawah.Di rumah hanya tinggal Qohar seorang,yang masih tidur.Telah menjadi suatu kebiasaan apabila Qohar bangun tidur lalu tanpa di dapatinya mbok Nah di sampingnya.Ia kemudian cuci muka lalu melaksanakan sholat shubuh,berdzikir beberapa kalimah,dan di akhiri do'a sapu jagat yang senantiasa diajarkan mbok Nah di dalam sehari-harinya..Di usianya yang ke tujuh tahun Qohar terbiasa pergi menyusul ke sawah atau kebun mbok Nah,yang lumayan jauh.Untuk sekedar membantu mbok Nah.paling banyak Qohar membantu dengan cara menghibur neneknya yang biasa di panggilnya Maknyak.
Dengan berpakaian ala kadarnya Qohar menyusul mbok Nah,tanpa sarapan terlebih dahulu.Ia mengira nantinya akan pulang pagi-pagi seperti kemarin.letak sawahnya yang jauh dari perkampungan,tak mematahkan semangatnya untuk tetap menyusul neneknya.Waktu demi waktupun terus berjalan,di tengah perjalanan Ia merasakan capek.Biasanya apabila dirinya merasa pegal di kakinya ada yang mau menggendongnya,tapi kali ini tak ada yang di mintai untuk mengeluh.Ia pun istirahat sejenak di bawah pohon asem di tepi jalan.Dari kejauhan Ia melihat segerombolan perangkat desa sedang mengukur sawah.Biasanya orang-orang penting macam perangkat desa yang biasanya ogah di sebut sebagai pelayan masyarakat.Membawa serta makanan yang lezat-lezat.Sudah bukan menjadi rahasia lagi jika makanan yang di bawa biasanya ada lauk opor ayam,gulai dan sate.Dilihatnya para perangkat Desa sedang menikmati hidangan.Tak sampai satu jam merekapun kembali ke sawah.
Karena persawahannya begitu luas di hiasi rimbunnya pohon tebu.Sehingga apabila sisa-sisa makanan dimakan tak akan ada yang tahu kecuali Allah.Qohar dengan sigap merayap menuju letak makanan dan buah-buahan itu berada.Makanan-makanan itu sengaja ditinggal,lalu mereka kembali membagi tugas mengukur persawahan.
Qohar makan dengan santai tanpa takut ada yang melihatnya.Karena tak satupun petugas yang terlihat.Setelah kenyang,tak lupa Ia ambil serantang nasi beserta ayam goreng dan buah-buahan,sebagai oleh-oleh kepada neneknya terkasih.
Sesampainya di dekat persawahan,Ia melihat neneknya tengah membungkuk menyiangi rumput sambil sesekali berdiri.Sembari menghilangkan rasa pegal-pegal.Sawah mbok Nah yang hanya tinggal beberapa petak,sengaja di tanami berbagai macam tanaman.Qohar sendiri seringkali di ingatkan mbok Nah,agar selalu merawat dan memelihara tanaman.Syukur-syukur mau menanam apa saja yang bisa mendatangkan manfaat, seperti kacang panjang, kangkung, lembayung secara intens dan bergiliran. Bila sudah tidak produktif segera di ganti,begitu seterusnya.Mbok Nah dalam mensiati hidupnya.
Dengan mengendap-endap di bawah pohon ketela Qohar mencoba untuk mengelabuhi Mbok Nah dan membuatnya kaget. Tetapi hari itu agaknya nasib baik tidak memihak kepada Qohar. Sebelum rencana miringnya terlaksana, Mbok Nah terlebih dahulu tahu rencana cucu kesangannya ini karena hampir tiap hari Ia di buatnya kaget
.Sambil membungkuk menyiangi rumput. Mbok Nah melirik cucu kesangannya.Qohar menghelai nafas panjang-panjang hingga kemudian memuntahkan suara sekeras-kerasnya
”Darrr !!!.”
Seketika itu juga Mbok Nah terjatuh pingsan. Kali ini Mbok Nah mencoba membalas kenakalan Qohar.Dengan berpura-pura pingsan di depan Qohar.
”Maknyak !! maknyak kenapa ?.bangun maknyak.”Qohar menangis tersedu-sedu.
Sambil menangis sesenggukan Ia berujar seraya berjanji tak akan mengulangi lagi perbuatan konyolnya itu hingga membuatnya jatuh pingsan..Qohar yang masih polos,tak tau harus bagaimana.Sedangkan mbok Nah masih melanjutkan aktingnya.tanpa mempedulikan tangisan Qohar yang terus memelas.
”Maknyak ! bangun maknyak!!.jangan mati maknyak!.saya nanti hidup dengan siapa?.”
”Maknyak .Qohar bawa makanan dan buah-buahan.jangan mati maknyak!!.”
Seketika itu juga mbok Nah langsung terbangun dan berkata.
”Maknyak lapar cucuku?.”
”Lapar segala kayak manusia.”celetuknya sambil menangis,dan menitikkan bulir-bulir air mata lalu kemudian senyumnya mengembang menghiasi wajah culunnya.
Kali ini Qohar tak ingin kehilangan mbok Nah kesayangannya,hingga kedua kalinya.Iapun menyuapi mbok Nah dengan setulus hati,hingga kenyang.Setelah kenyang mbok Nah baru teringat,jika dirinya tadi pagi tidak merasa membuat masakan ayam goreng maupun gulai.
”Lhoo kamu tadi pagi aku buatkan terong goreng sama pecelan oyong..kok bisa jadi ayam??.”selidiknya dengan penuh penasaran.
”Kamu mulai belajar mencuri??.”
”Nggak maknyak !.itu tadi saya menemukannya di jalanan.mungkin itu buangan dari orang kaya yang melintas.”
Alasan tersebut agak logis,karena memang di kampungnya terdapat jalan raya lintas Provinsi yang membelah perkampungan.
Merekapun pulang.Sampai dirumah,mbok Nah langsung menanak nasi.Diluar Qohar sedang asyik bermain Egrang.Mainan kuno yang cukup menantang, sanggup memacu adrenalin lebih kencang.Qohar dalam bermain egrang bisa betah berlama-lama.Sesuai karakternya yang sangat menyukai tantangan. Setelah bosan bermain egrang.Qohar mencoba tantangan baru.Ia ingin neneknya bingung dan panik dibuatnya. Ia segera pergi ke kamar dan mengendap-endap masuk ke kolong tempat tidurnya. Cukup lama ia sembunyi, hingga akhirnya Qohar tertidur di bawah kolong tempat tidur.
Usai memasak, neneknya mencari cucu kesayangannya.Seluruh isi rumah telah di periksa, namun belum juga ditemukan. Neneknya mengira, Qohar pergi kesungai seperti biasanya,untuk mandi.bersama teman-teman sebayanya. Di sungai ternyata juga tidak di ketemukan. Tanpa terasa bulir-bulir air matanya terus menetes dari kelopak matanya yang cekung dan keriput. Selama ini kedua bola matanya jarang basah oleh airmata. Matanya yang terlihat kering keriput hanya bisa meneteskan air mata dikala berdo’a di tengah malam.Selebihnya jarang sekali menangis. Di bulan-bulan tertentu mbok Nah memang menangis.Tetapi itu terjadi lantaran teringat saat-saat melahirkan sang buah hati.Merawat,dan membesarkan anak,tapi setelah dewasa tak ada juntrungannya.dimana tempat tinggalnya.
Hidupnya yang begitu tegar, setegar batu karang.Tak terlepas dari peran suaminya ..Ilmu siasat yang diwariskan kang Karta, Suaminya. Membuatnya tak pernah kekurangan di dalam hidupnya, meskipun harus membiayai kebutuhan hidup seorang diri.
Kang Karta meninggal dunia karena terjatuh dari pohon kelapa. Dengan posisi kepalanya dibawah.Menyerupai orang yang sedang bersujud. Tinggallah mbok nah sendiri di dalam mengasuh anak-anaknya. Tak kurang, mbok nah di dalam mencurahkan kasih sayangnya, kepada tiga orang putrinya. Akan tetapi setelah dewasa, satu-persatu tiga putrinya pergi meninggalkannya.Entah kemana. Mengikuti keinginan hati nurani masing-masing. Hanya Dewi Juariyah, putri bungsunya yang diketahui keberadaanya.
Sebelum pergi dari rumah, Juariyah diketahui berpacaran dengan Arman, yang tidak lain adalah tetangga Desa. Akhirnya mbok nah melakukan berbagai upaya agar Juariyah mau pulang kembali ke rumah. Karena hanya Juariyah satu-satunya anak yang diketahui keberadaannya.Tapi Juariyah bersikeras ingin tetap tinggal di rumah saroh,budenya.Saudara kandung mbok Nah.
Dengan kesadarannya sendiri, akhirnya Juariyah kembali pulang,berkumpul bersama mbok Nah. Hanya berselang dua minggu kemudian, mbok Nah menikahkan putrinya,dewi Juariyah dengan Arman subagio.Belum genap satu bulan, mulai terlihat diantara keduanya,ketidakharmonisan.Arman yang selama ini di anggap sebagai lelaki sejati.Ternyata seperti anak kecil yang tidak tau tanggung jawab sebagai seorang suami.. Mencari nafkah,buat istri dan keluarganya. Ia masih tetap menyandang status sebagai lelaki pengangguran. Kerjanya hanya nongkrong di pinggir jalan, tidur, lalu dengan santainya meminta jatah uang kepada Mertua untuk membeli rokok.Seperti orang yang tidak punya muka.Hampir setiap hari menantu brengsek itu meminta jatah uang.
Bosan harus hidup bersama suami pengangguran, Juariyah ingin pergi jauh untuk mengasingkan diri. Hingga akhirnya Juariyah memilih ingin bekerja sebagai TKI.
Mulanya Juariyah ingin bekerja sebagai TKI secepatnya. Namun mbok Nah melarangnya.Kecuali apabila sudah memberikannya seorang cucu. Juariyah pun menyanggupinya. Juariyah ngotot pengen jadi TKI, lantaran ingin mengubah nasib. Suaminya kang Arman yang pengangguran,tak bertanggung jawab sama sekali dan sudah tidak bisa di andalkan .Juariyah menyebut suaminya dengan sebutan lelaki tempe busuk.Walau demikian Ia akan tetap berusaha mempertahankan rumah tangganya demi mbok Nah,Ibu yang selama ini telah membesarkannya.meski harus makan hati dan terus-terusan menelan pil pahit kehidupan.Dengan di warnai pertengkaran,cumbu rayu,nafsu dan amarah.Bercampur cinta dan ketulusan.Juariyah pun hamil.
Usai melahirkan, selang kurang lebih delapan bulan kemudian.Juariyah diijinkan mbok Nah untuk mengadu nasib menjadi TKI.. Akhirnya Juariyah pergi meninggalkan tanah kelahirannya, diiringi tangis dari mbok Nah.Juariyah pergi hanya membawa bekal uang puluhan ribu.Selebihnya dengan modal nekat.Dari pihak penyalur menjanjikan akan menggratiskan biaya transportasi.Dengan sistem potong gaji.Tanpa pikir panjang Juariyah menyetujuinya.
Setelah kepergian Juariyah mbok Nah mensiasati tangisan Qohar kecil.Dengan merelakan puting susunya yang telah keriput di makan usia.Untuk di jadikan pengganti ASI. Walau pada hakikatnya sudah tidak bisa keluar air susu setetespun.Tetapi agaknya telah membuat Qohar terhibur
Dan kini cucu satu-satunya yang sanantiasa di cintainya,Hilang entah kemana. Ia telah mencoba bertanya para tetangga, tetapi hasilnya nihil.Para tetangga tidak mengetahui keberadaan Qohar.Jalinan silaturrakhim yang terus terjaga dengan para tetangganya membuat banyak para tetangga yang bersimpati. Para tetangga datang silih berganti hingga sore menjelang lalu kemudian satu persatu pamit pulang.
Di saat-saat suasana kembali lengang, pikirannya menjadi buyar, linglung, dan lesu.. Beraneka makanan dan buah-buahan di meja pemberian tetangga, sama sekali tak di sentuhnya.
Ia semakin takut ketika terdengar suara orang yang sedang mencuci piring. Dalam keputus asaan berselimut gundah ia masih saja berharap.dan tetap meyakini bahwa Qohar pasti kembali ke pangkuannya.Rasa khawatir itu tetap bergelayut,dalam pikirannya.Semangat hidupnya dari yang semula menggebu-gebu,kini semakin meredup.Tak ada lagi gairah hidup.Sekujur tubuhnya terasa berat seperti orang yang baru kerja seharian.Tubuhnya yang renta semakin lemas tak berdaya.Dia yang sekuat baja itupun akhirnya pasrah kepada yang kuasa.Ia mencoba berdiri dan berjalan menuju dapur hendak mengambil air wudzu.Alangkah terkejutnya mbok Nah.